Ringkasan Kimia

Struktur Atom

A. Partikel-Partikel Penyusun Atom

1. Elektron.

Tabung katode terbuat dari dua kawat yang di beri potensial listrik yang cukup besar dalam tabung kaca sehingga dapat terjadi perpendaran cahaya. J.Plucker menyimpulkan Bahwa sinar katode mempunyai sifat :

1. Merambat lurus dari kutub negatif ke kutub positif.

2. Bermuatan negatif

3. Sifat sinar katode tidak di pengaruhi oleh jenis kawat elektrode yang di pakai, jenis gas dalam tabung dan bahan yang di gunakan untuk menghasilkan arus listrik.

Pada tahun 1879 William Crookes menemukan tabung katode yang lebih baik. Maka JJ. Thompson memastikan bahwa sinar katode merupakan partikel sebab dapat memutarkan baling-baling yang di letakkan di antara katode dan anode. JJ. Thompson menyatakan bahwa sinar katode merupakan partikel penyusun atom ( Partikel Sub Atom ) yang bermuatan negatif dan di sebut elektron.

Teori Atom Thompson:

Atom merupakan bola pejal yang bermuatan positif dan didalamnya tersebar muatan negatif elektron.

Penyelidikan lebih lanjut di lakukan oleh Robert A. Milikan dan berhasil menemukan muatan setiap tetes minyak, yaitu kelipatan dari bil yang sangat kecil yaitu 1,59 x 10-19 c. dan kemudian di sebut dengan satuan muatan elektron

2. Inti Atom

Pada tahun 1886 Eugen Goldstein memodifikasi tabung sinar katode dengan melubangi lempeng sinar katodenya. Dan Goldstein menemukan sinar yang arahnya berlawanan dengan sinar katode melalui lubang katode tersebut. Sinar ini melewati lubang (kanal) maka sinar ini di sebut sinar kanal.

Pada tahun 1898, wilhelm Wien menunjukkan bahwa sinar kanal merupakan partikel yang bermuatan positif. Sinar kanal di sebut proton, dari penelitian terhadap atom hidrogen dapat di tentukan bahwa massa proton adalah 1.837 kali massa elektron. Untuk mengetahui partikel-partikel tersebut Ernest Rutherford bersama dua orang muridnya (Hans Geiger dan Ernest Marsden) melakukan percobaan yang di kenal dengan hamburan sinar alfa terhadap lempeng tipis emas.

Dan dapat di simpulkan antara lain :

  1. Atom bukan bola pejal, karena hampir semua partikel di teruskan.
  2. Jika lempengan emas tersebut di anggap sebagai satu lapisan atom-atom emas, maka di dalam atom emas terdapat partikel yang sangat kecil yang bermuatan positif
  3. Berdasarkan fakta bahwa 1 dari 20.000 partikel alfa akan di belokkan jika perbandingan tersebut nerupakan perbandingan diameter, maka di dapatkan ukuran inti kira-kira 10.000 lebih kecil daripada ukuran atom secara keseluruhan

Model atom Rutherford mengusulkan model atom yang di kenal sebagai Atom Rutherford yang menyatakan bahwa atom terdiri dari inti atom yang sangat kecil dan bermuatan positif di kelilingi oleh elektron yang bermuatan negatif.

Rutherford memperkirakan jari-jari atom kira-kira 10–8 cm dan jari-jari inti kira-kira 10-13 cm. yang di buktikan oleh James Chadwick pada tahun 1932, berdasarkan perhitungannya terhadap massa atom dan percobaan hamburan partikel alfa terhadap boron dan parafin partikel atom yang menyusun atom di sebut neutron, jadi di dalam inti atom terdapat proton yang bermuatan positif dan neutron yang tidak bermuatan.

Partikel-partikel dasar penyusun atom :

Partikel

Massa eksak

(gram)

Massa relatif

(amu)

Muatan eksak

(Coulomb)

Muatan relatif

(sme)

Elektron

Proton

Neutron

9,1100 – 10 –28

1,6726 – 10 –24

1,6750 – 10 –24

0

1

1

– 1,6 . 10 –19

+1,6 . 10 –19

0

– 1

+1

0

B. Tanda Atom

Proton merupakan partikel khas suatu atom, artinya atom akan mempunyai jumlah proton yang berbeda dengan atom lain, jadi nomor atom menunjukkan jumlah proton yang di miliki oleh suatu atom.

Massa atom merupakan massa dari seluruh partikel penyusun atom. Jumlah proton dan neutron selanjutnya di sebut nomor massa dari suatu atom. atom-atom suatu unsur dapat mempunyai nomor massa yang berbeda karena jumlah neutron dalam atom tersebut berbeda. Atom-atom dari unsur yang sama mempunyai nomor massa atom yang berbeda yang di sebut isotop.

A

X

2

Keterangan : X = Lambang Unsur

A = Nomor Massa (Jumlah proton + Jumlah Neutron)

2 = Nomor Atom (Jumlah proton)

Contoh :

23ΙΙNa Artinya: Isotop Na mempunyai nomor atom II dan nomor massa 23

Jumlah proton = II

Jumlah Elektron = II

Jumlah Newton = 23 – II

= 12.

C. Konfigurasi Elektron

Niels Bohr melalui percobaannya tentang spektrum atom hidrogen berhasil memberi gambaran keadaan elektron dalam menempati daerah di sekitar inti atom. Niels berhasil menyusun model atom yang di kenal sebagai “Model Atom Bohr”.

Menurut model atom Bohr. Elektron-elektron mengelilingi inti pada lintasan-lintasan tertentu yang di sebut kulit elektron. Atau tingkat energi. Tingkat energi paling rendah adalah kulit elektron yan terletak paling dalam, semakin keluar besar nomor kulitnya dan makin tinggi tingkat energinya.

Tiap-tiap kulit elektron hanya dapat di tempati elektron maksimum 2n2, dengan n adalah nomor kulit.

“Kulit dan jumlah elektron maksimum”

Nomor kulit

Nama kulit

Jumlah elektron Maksimum

1

2

3

4

5

6

7

K

L

M

N

O

P

Q

2 elektron

8 elektron

18 elektron

32 elektron

50 elektron

72 elektron

98 elektron

Contoh :

12 Mg : 2 8 2

19 K : 2 8 8 1

D. Perkembangan Model Atom

John Dahlton mengemukakan pendapatnya tentang atom sebagai berikut :

  1. Setiap unsur tersusun atas partikel-partikel kecil yang tidak dapat di bagi lagi yang di sebut dengan atom.
  2. Atom-atom terdiri dari unsur-unsur yang sama akan mempunyai sifat yang sama, sedangkan atom-atom dari unsur-unsur yang berbeda akan mempunyai sifat yang berbeda pula.
  3. Terjadi perubahan susunan atom-atom dalam zat tersebut.

Berdasarkan percobaannya tentang sifat listrik suatu zat, maka JJ. Thompson berkesimpulan bahwa atom merupakan bola pejal yang bermuatan negatif. Selanjutnya dari fakta percobaan di simpulkan bahwa atom terdiri dari inti atom yang sangat kecil dan bermuatan positif, di kelilingi elektron pada jarak yang sangat jauh. Elektron tidak tertarik kedalam inti karena gaya tarik ini di lawan oleh gaya sentrifugal dari elektron yang bergerak melingkar.

Teori Rutherford bertentangan dengan teori Maxwell tentang mekanika, yang menyatakan bahwa bila ada partikel bermuatan bergerak melingkar akan kehilangan energi, sehingga yang bergerak melingkar akan kehilangan energi pula hingga akhirnya akan mudah tertarik oleh inti dan bentuk lintasan makin mendekat ke inti atom.

Kelemahan model atom Rutherford di perbaiki oleh Niels berdasarkan hasil percobaannya tentang spektrum atom hidrogen. Bohr menyatakan bahwa selama mengelilingi inti atom, elektron tidak kehilangan energi dan berada pada tingkat-tingkat energi tertentu yang di sebut orbit atau kulit elektron.

Namun penemuan Heisenberg tentang dualisme materi dan energi menunjukkan bahwa model atom Bohr tidak tepat lagi. Bersama dengan Schrodinger membuat model atom yang lebih di kenal dengan model atom mekanika gelombang atau atom modern, menurut model atom ini, elektron tidak dapat di pastikan tempatnya, hanya dapat di tentukan keboleh jadiannya (kemungkinan) terbesar elektron ada di sebut Orbital

Larutan Nonelektrolit dan Elektrolit

Zat cair yang bisa menghantarkan listrik di sebut elektrolit, sedangkan zat cair yang tidak dapat menghantarkan listrik di sebut Nonelektrolit Suatu zat dapat menjadi elektrolit bila di dalam larutannya xat tersebutterurai menjadi ion-ion yang bebas bergerak.

1 ). Senyawa Ion

Dalam keadaan padatan (Kristal) senyawa ion tidak menghantarkan listrik. Sebaliknya, bila senyawa ion tersebut dalam bentuk leburan atau larutan, maka ion-ionnya bebas bergerak sehingga dapat menghantarkan listrik.

2 ). Senyawa Kovalen

Beberapa senyawa kovalen dalam air dapat terurai menjadi ion-ion positif dan ion negatif. HCL merupakan senyawa kovalen, tetapi karena pengaruh molekul-molekul air, HCL dapat terurai menjadi ion H + dan ion cL

HCL (aq) Hf (aq) + cL (aq).

“Peristiwa terurainya molekul menjadi ion-ion ini di sebut Ionisasi.

☺ Larutan elektrolit yang berdaya hantar listrik kuat di sebut elektrolit kuat.

☺ Larutan elektrolit yang berdaya hantar listrik lemah di sebut elektrolit lemah.

Senyawa hidro karbon dan minyak bumi”

A. Mengenali senyawa karbon dan sumbernya

1. Mengenali senyawa karbon

pembakaran tidak sempurna akan menghasilkan arang atau karbon, sedangkan pembakaran sempurna akan menghasilkkan ga CO2, untuk mengenalinya di lakukan dengan cara mengalirkan gas hasil pembakaran ke dalam air kapur ( Ca (OH2) atau air barit atau ( Ba ( OH )2 ).

Hasil pembakaran sempurna senyawa karbon berupa gas CO2 dan gas terseut dapat menge3ruhkabn air kapur atau air barit karena terjadi reaksi :

CO2 (g) + Ca ( OH )2 Ca CO(s)

jadi, bila gas hasil pembakaran tersebut mengeruhkan air kapur atau air barit berarti senyawa yang di bakar mirip senyawa karbon

2.Sumber senyawa karbon

Senyawa karbon berasal dari berbagai sumber, antara lain :

a. Tumbuhan dan hewan

b. Batu bara

c. Gas alam dan minyak bumi

B. Senyawa karbon organik dan senyawa karbon anorganik.

Senyawa karbon yang hanya dapat dibuat (disentesis) oleh tubuh (organ) makhluk hidup di sebut senyawa organik, sedangkan senyawa yang dapat di buat (disintesis) di luar tubuh makhluk hidup senyawa anorganik.

senyawa karbon organik dan senyawa anorganik di dasarkan kepada sifat dan strukturnya

Perbedaan senyawa organik dan senyawa anorganik

Perbedaan

Senyawa karbon organik

Senyawa karbon anorganik

Kestabilan terhadap

Pemanasan kelarutan.

Titik lebur & titik didih

Kereaktifan

struktur

Mudah terurai atau berubah struktur. Umumnya sukar larut dalam Pelarut polar, tetapi mudah larut dalam pelarut nonpolar.

Umumnya relatif rendah.

Kurang reaktif (sukar bereaksi) dan jika beraksi cenderung lambat.

Mempunyai rantai atom karbon

Stabil pada pemanasan.

Mudah larut dalam pelarut polar.

Ada yang sangat tinggi tetapi ada pula yang sangat rendah.

Reaktif dan umumnya berlangsung cepat.

Tidak mempunyai rantai atom karbon.

C. Sifat khas dari atom karbon

Sifat khas dari atom karbon yaitu antara lain :

  1. Mempunyai nomor atom 6, dengan elektron vol. 4
  2. Atom karbon dengan keempat tangan ikatan itu dapat membentuk rantai atom karbon dengan berbagai bentuk dan kemungkinan, antara lain :

a.. Berdasarkan jumlah ikatan.

1). Ikatan rangkap tunggal

2). Ikatan rangkap dua

3). Ikatan rangkap tiga

b. Berdasarkan bentuk ranainya :

1). Rantai terbuka ( Alifatis)

2). Rantai tertutup ( siklis )

3). Kedudukan atom karbon dalam rantai karbon.

Kedudukan rantai karbon di bedakan menjadio empat macam, yaitu :

a). atom karbon primer

b). atom karbon sekunder

c). atom karbon tersier

d). atom karbon kuarterner

D. Hidrokarbon.

Berdasarkan ikatan yang terdapat pada rantai karbonnya, hidrokarbon di bedakan menjadi 1. Hirokarbon jenuh, yaitu hidrokarbon yang pada ranai karbonnya semua berikatan tungggal, di sebut juga sebagai alkana.

2. Hidrokarbon tak jenuh yaitu hidro karbon yang pada rantai karbonnya terdapat ikatan rangkap dua ( alkana ) dan rangkap tiga ( Alkana).

Minyak bumi

Minyak bumi merupakan campuran dari berbagai senyawa penyusun utamanya berupa hidrokarbon, terutama alkana, sikloalkana dan aromatis.

Komposisi minyak bumi

Jenis senyawa

Jumlah Presentase

Contoh

Hodrokarbon

Senyawa belarang

Senyawa Nitrogen

Senyawa Oksigen

Organo Logam

90 – 99 %

0,1 – 7 %

0,01 – 0,9 %

0,01 – 0,4 %

Sangat kecil

Alkana, Siklo Alkana, Aromatis

Tio Alkana ( R – S –R )

Alkanatiol ( R – S – R)

Pirol ( C4 H5 N )

Asam, Karboksilat ( RcooH)

Senyawa Logam Nikel

*proses pembentukan miyak bumi

Menurut teori dupleks :

-minyak bumi terbentuk dari jasad renik yang berasal dari hewan atau tumbuhan yang telah mati, akibat pengaruh waktu yang mencapai ribuan bahkan jutaan tahun, jasad renik berubah menjadi bintik-bintik dan gelembung minyak atau gas.

Minyak bumi di kelompokkan sebagai sumber daya alam yang tidak dapat di perbaharui. Deposit minyak bumi di indonesia pada umumnya terdapat di daerah pantai atau lepas panai, yaitu pantai utara jawa (Cepu, Wonokromo, Cirebon ). Daerah sumatera bagian utara dan timur ( Aceh, Riau). Daerah kalimantan bagia timur ( Tarakan, Balikpapan ) dan daerah kepala burung ( Papua).

Pengelolaan minyak bumi

A. Pengelolaan tahap pertama ( primary processing ).

Pada tahap pertama ini di lakukan proses “ dostilasi Be, pada proses distilasi bertingkat ini meliputi :

a. Fraksi pertama : menghasilkan gas elpiji di gunakan untuk bahan bakar kompor gas, atau mobil dengan BBG

b. Fraksi kedua : sering di sebut nafta ( Gas Bumi ), nafta ini tidak dapat langsung di sunakan, teteapi di olah pada tahap kedua untuk di jadikan bensi (premium) atau bahan ptrokimia, nafta sering juga di sebut dengan bensin berat.

c. Fraksi ketiga : di buat menjadi kerosin ( minyak tanah) dan Autur ( Bahan bakar pesawat jet)

d. Fraksi keempat : di buat menjadi solar, di gunakan sebagai bahan bakar mesin diesel.

e. Fraksi kelima : di sebut residu yang berisi hidrokarbon rantai panjang dan dapat di olah lebih lanjut pada pada tahap kedua menjadi berbagai senyawa karbon lainnya dan sisanya sebagai aspal dan lilin.

B. pengolahan tahap kedua

Proses ini merupakan lanjutan dari hasil penyulingan pada tahap kedua

Proses-proses ini meliputi :

a. perengkahan ( Cracking ) : Di lakukan perubahan struktur nkimia senyawa- senyawa hidrokarbon,m yang meliputi perengkahan ( pemecahan rantai ). Alkilasi ( pembentukan alkil), polimerasi, reformasi dan isomerasi

b. Proses ekstrasi : pembersihan produk dengan menggunakan pelarut.

c. Proses kristalisasi : proses pengolahan produk-produk melalui perbedaan titik cairnya.

d. Pembersihan dan kontaminasi : proses pengolahan tahap pertama dan tahap kedua sering terjadi kontaminasi sehingga kotoran-kotoran ini harus di bersihkan dengan menambahkan soda kaustik ( NaOH ) tanah liat atau proses Hidrogenesi.

PH Larutan

Asam dan Basa

a. Asam

Menurut Arrhenius (1887) Asam adalah suatu zat yang bila di larutkan ke dalam air akan ion hidronium ( H+)

Beberapa Asam, Nama asam dan Reaksi Ionisasi

Rumus Asam

Nama Asam

Reaksi Ionisasinya

HF

HBr

H2S

CH3CooH

HNO3

H2SO4

H3PO4

H2C2O4

As. Flurida

As. Bromida

As. Sulfida

As. Asetat (Cuka)

As. Nitrat

As. Sulfat

As. Fosfat

As. Oksolat

HF (aq) H +(aq) + F (aq)

HBR (aq) H +(aq) + Br(aq)

H2s (aq) 2H +(aq) + S2(aq)

CH3 CooH (aq) H +(aq) + CH3Coo(aq)

HNO3(aq) H +(aq) + NO3(aq)

H2SO4(aq) 2H +(aq) + SO4 (aq)

H3PO4(aq) 3H +(aq) + PO4(aq)

H2C2O4(aq) 2H + + C2O4(aq)

☺Asam yang menghasilkan sebuah H+ di sebut Monoprotik

☺Asam yang menghasilkan dua ion H+ di sebut asam Diprotik

Dipandang dari jumlah ion yang di hasilkan, Asam di bedakan menjadi :

1. Asam kuat, yaitu asam yang mudah terionisasi dan banyak menghasilkan H+ dalam larutannya

2. Asam lemah, yaitu asam yang sedikit terionisasi dan sedikit menghasilkan H+ dalam larutannya

b. Basa

Menurut Arrhenius, basa adalah suatu senyawa yang di dalam air (larutan) dapat menghasilkan ion CH

Beberapa basa, Nama basa, dan Ionisasinya dalam air

Rumuss basa

Nama basa

Ionisasi basa

NaOH

KOH

Ca (oH)2

Ba (oH)2

NH3

Natrium Hidroksida

Kalium Hidroksida

Kalsium Hidroksida

Barium Hidroksida

Amona

NaOH (aq) —Na+ (aq) + OH(aq)

KOH (aq) —K+ (aq) + OH (aq)

Ca (OH)2 (aq)­­­ — Ca2+ (aq) + 2OH (aq)

Ba (OH)2 (aq) — Ba 2+ (aq) + 2OH

NH3 (aq) + H2O(l)—NH4+ (aq) + OH (aq)

Berdasarkan daya hantar listriknya, Basa di bedakan menjadi :

1. Basa kuat, adalah basa yang terionisasi sempurna, misalnya : KOH, NaOH, Ba (OH)2

2. Basa lemah, adalah basa yang hanya sedikit terionisasi, misalnya : NH3 dan AL (OH)3

Titrasi Asam Basa

☺Titrasi melibatkan reaksi antara asam dengan basa, yang di kenal dengan istilah titrasi

asam basa atau asidi alkalimeri

☺Titrasi yang menyandarkan pada jumlah volume larutan disebut titrasi volumetri.

Volume titik akhir titrasi adalah dimana tepat pada saat warna indikator berubah

penambahan ( titrasi ) di hentikan dan volumenya di catat

☺Volume larutan penitrasi yang di peroleh melalui perhitungan secara teoritis di sebut titik

ekivalen.

☺Perbedaan volume titik akhir titrsi dengan titik ekivalen di sebut kesalahan titrasi

Contoh soal :

  1. Sebanyak 20 ml larutan H2So4 yang belum di ketahui konsentrasiny dititrasi dengan mulai berubah pada saat volun NaOH 0,1 dengan menggunakan indikator fenolftalein (pp). Warna pp mulai berubah pp H2 SO4 tersebut ?

Jawab :

Reaksi yang terjadi pada reaksi tersebut adalah :

H2 SO4 (aq)+ 2Na OH (aq) Na2 SO4 (aq)+ 2 H2O(L)_

NaOH yang terpakai pada saat titrasi = 0,1 mol L–1 x 0,032 L

= 0,032 mol

Dari persamaan reaksi 1 mol H2SO4 = 2 mol NaOh

Jadi, H2SO4 yang di titrasi = 1 x 0,032 mol

2

= 0,0016 mol

Konsentrasi H2SO4 = 0,0016 mol / 0,02 ml

= 0,08 mol L – 1

= 0,08 M.

Larutan Penyangga.

A. Komposisi Larutan Penyangga.

☺Larutan pentannga atau buffer adalah larutan yang PH nya relatif tetap (tidak berubah ) pada penambahan sedikit asam atau sedikit basa. Di tinjau dari komposisi zat penyusunnya terdapat dua sistem larutan penyangga yaitu sistem penyangga Asam lemah dengan basa konjugasinya dan sistem penyangga basa lemah dengan asam konjugasinya.

a. Aistem penyangga asam dan basa konjugsi

CH3 CooH (aq) CH3 Coo(aq) + H+(aq)

CH3 CooNa (aq) CH3 Coo(aq) + Na+(aq)

Di dalam larutan penyangga tersebut terdapat campuran asam lemah ( CH3 CooH ) dengan basa konjugasinya ( CH3 Coo)

Contoh soal :

1. Mereaksikan 100 ml larutan CH3 CooH 0,1 M dengan 50 ml larutan NaOh 0,1 M sehinnga stoikiometri dalam 150 ml campuran yang di hasilkan terdapat 0,005 mol CH3 CooH ( Sisa Reaksi ) dan CH3 Coo (Hasil reaksi)

Jawab :

CH3 CooH (aq) + NaOH (aq) CH3 CooNa (aq) + H2O(L)–

Di reaksikan : 0,01 0,005

Bereaksi : 0,005 0,005

Akhir : 0,005 0 0,005 mol

CH3 Coo (aq) + Na+(aq)

0,005 mol

Jadi, setelah semua NaOH habis bereaksi didalam larutan terdapat CH3CooH yang tidak bereaksi (0,005 mol) dan CH3 Coo yang berasal dari ionisasi CH3 Coo Na hasil reaksi (0,005)

b. Sistem penyangga Basa dan asam konjugasi

campuran NH3 atau NH4 OH dan NH4 CL terdapat ion OH yang berasal dari ionisasi sebagian NH4OH, ion NH4+ yang berasal dari ionisasi NH4 OH dan Ionisasi NH4 CL. Dalam sistem penyangga tersebut terdapat basa lemah dan asam konjugasi

Contoh soal :

2. Mereaksikan 100 ml larutan NH4Oh 0,1 M dengan 50 ml larutan HCL 0,1 M, maka secara stoikiometri di dalam 150 ml campuran yang di hasilkan terdapat 0,005 mol NH4OH (sisa reaksi ) + NH4+ (Hasil Reaksi ).

Jawab :

NH4OH (aq) + HCL (aq) NH CL (aq) + H2O (L).

Direaksikan : 0,01 0,005

Bereaksi : 0,005 0,005

Akhir : 0,00% 0 0,005 mol

NH4 (aq) + CL (aq)

0,005 mol
B. PH Larutan Penyangga

a. Sistem penyangga Asam lemah dan Basa konjugasi

Yang berperan penting dalam larutan penyangga adalah sistem reaksi kesetimbangan yang terjadi pada asam lemah atau basa lemah.

Rumuss :

[ H+] = Ka x Mol As

Mol Basa konjugasi

b. Sistem penyangga basa lemah dan asam konjugasinya

di dalam sistem ini yang paling berperan adalah reaksi kesetimbangan pada basa lemah

Rumuss :

[OH] = kb x mol Basa

Mol Asam konjugasi

C. Prinsip kerja larutan penyangga

Pada dasarnya suatu larutan penyangga yang tersusun dari asam lemah dan basa konjugasi merupakan sistem kesetimbangan ion dalam air, yang melibatkan adanya kesetimbangan air dan kesetimbangan asam lemah.

Contoh soal :

3. 1 liter air larutan penyangga yang mengandung 0,1 M CH3 CooH dan 0,1 M CH3 Coo-

Di tambahkan 10 ml larutan HCL 0,1 M. jika Ka CH3 CooH = 10–5, hitunglah pH larutan penyangga tersebut sebelum dan sesudah di tambahkan HCL.

Jawab : aj sebelum di tambahkan HCL.

[H+] = Ka x [ CH3 CooH ]

[CH3 CooH]

= 105 x 0,1

0,1

= 105

pH = 5

b. sesudah di tambah HCL

Jumlah mol sebelum ditambaah HCL

CH3 CooH = 0,1 mol L–1 x 1 L CH3 Coo– = 0,1 mol L–1 x 1L

= 0,1 mol = 0,1 mol

HCL yang di tambahkan = 0,1 mol L–1 x 0,01 L

= 0,001

Pada penambahan HCL, maka ion H+ dari HCL akan bereaksi dengan ion CH3 Coo

CH3 Coo + H+ CH3 CooH.

Jadi, setelah penambahan HCL jumlah mol

CH3 CooH = (0,1 + 0,001) mol = 0,1001 mol

CH3 Coo = (0,1 0,001) mol = 0,o99 mol

Sehingga [H+] = 10– 5 x 0,1001 = 1,011 – 10-5

0,099

pH = 5- log 1,o11 = 4,995

D. Larutan pentangga dalam kehidupan sehari-hari

a). Sistem penyangga karbonat dalam darah.

pH darah relatif tetap di sekitar 7,4. hal ini di karenakan adanya sistem penyangga H2 CO3 / HCO3. Sehinnga meskipun setiap saat darah kemasukan berbagai zat yang bersifat asam maupun basa akan selalu dapat di netralisir penagruhnya terhadap perubahan pH. Bila darah kemasukan zat yang bersifat asam maka reaksinya :

H+ (aq) + hCO3(aq) H2CO3 (aq)

Sebaliknya apabila kemasukan zat yang bersifat basa maka reaksinya :

OH(aq) + H2CO3 (aq) HCO3(aq) + H2O(L)

b). Sistem penyangga fosfat dalam cairan sel.

Cairan intrasel merupakan media penting untuk berlangsungnya rekasi metabolisme tubuh yang dapat menghasilkan zat-zat yang bersifat asam atau basa. Adanya zat hasil metabolisme yang berupa asam akan dapat menurunkan harga pH cairan intrasel dan sebaliknya, bila dari proses metabolisme di hasilkan banyak zat bersifat asam, maka reksinya :

HPO2–4(aq) + H+(aq) H2PO4 (aq)

Dan bila dari proses metabolisme di hasilkan banyak zat bersifat basa, maka reaksinya :

H2PO4 (aq) + OH (aq) HPO4(aq) + H2O(L)

c). sistem asam amino / protein

Asam amino mengandung gugus yang bersifat asam dan gugus yang bersifat basa. Asam amino berfungsi sebagai sistem penyangga di dalam tubuh. Ion H+ akan di ikat oleh gugus yang bersifat basa dan ion OH akan di ikat oleh gugus yang bersifat asam. Dengan demikian larutan yang mengandung asam amino akan mempunyai pH relatif tetap.

☺Hidrolisis

A. jenis garam dan realsi Hidrolisis

Reaksi penguraian garam oleh air atau reaksi ion-ion garam dengan air di sebut

hidrolisis. Pada penguraian garam tersebut dapat terjadi beberapa kemungkinan.

1). Ion garam bereaksi dengan air menghasilkan ion H+ sehingga menyebabkan [H+]

Dalam air bertambah dan akibatnya [H+] > [OH] dan larutan bersifat asam.

2). Ion garam bereaksi dengan air dan menghasilkan ion OH sehingga didalam sistem [H+] < [OH], akibatnya larutan bersifat basa.

3). Ion garam tersebut tidak bereaksi dengan air, sehingga [H+] dalam air akan tetap sama dengan [OH] dan air akan tetap netral (pH =7)

1. Garam yang terbentuk dari asam lemah dan dasa kuat

Garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat bila di larutkan dalam air akan menghasilkan anion dari asam lemah. Ion tersebut bila bereaksi dengan air menghasilkan ion OH yang menyebabkan larutan bersifat basa. Jadi, garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat akan terhidrolisis sebagian (parsial) dan bersifat basa.

2. Garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa lemah

Garam berasal dari asam kuat dan basa lemah bila di larutkandalam air akan menghasilkan kation yang berasal dari basa lemah. Ion tersebut bila bereaksi dengan air akan menghasilkan ion H+ yang menyebabkan larutan bersifat asam. Jadi, garam berasal dari asam kuat dan basa lemah akan terhidrolisis sebagian (parsial) dan bersifat asam.

3. Garam yang terbentuk dari asam lemah dan basa lemah

Garam berasal dari asam lemah dan basa lemah di dalam air terionisasi dan kedua ion garam tersenut bereaksi dengan air. Oleh karena itu reaksi kedua garam tersebut masing-masing menghasilkan ion H+ dan ion OH, maka sifat larutan garam ini di tentukan oleh harga tetapan kesetimbangan dari asam lemah dan basa yang terbentuk.

4. Garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa kuat

Ion yang di hasilkan dari ionisasi garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat tidak ada yang bereaksi dengan air, sebab ion-ion yang bereaksi akan segera terionisasi. Kesimpulannya, garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat tidak terhidrolisis. Oleh karena itu, konsentrasi ion H+ dan OH dalam air tidak terganggu, sehingga larutan bersifat netral.

B. Harga pH larutan Garam

1). Garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat

Rumuss :

Kh = 1 x Kw [ OH ] = Kw x [ A]

Ka Ka

Keterangan : Kw = Tetapan ionisasi air ( 10–14 )

Ka = Tetapan ionisasi asam

[ A] = Konsentrasi ion garam yang terhidrolisis

Contoh soal :

* Hitunglah pH larutan NaCN 0,01 M. Di ketahui Ka HCN = 10–10

Jawab :

NaCN Na+ + CN

0,1 M 0,1 M

[OH] = Kw x [ CN ]

Ka

[OH] = 10–14 [ 0,01 ]

10–10

[OH] = 10–3

poH = 3

pH = 11

2). Garam yang berasal dari asam kuat dan basa lemah

Rumus :

Kh = 1 X Kw [ H+ ] = Kw X [ B+ ]

Kb Kb

Keterangan :

Kw = Tetapan ionisasi air

Kb = Tetapan ionisasi basa

[ B+ ] = Konsentrasi ion garam yang terhidrolisis

Contoh soal :

* Hitunglah pH larutan ( NH4 )2 SO4 0,1 M, Jika Kb NH3 = 2 x 10–5

Jawab :

( NH4 )2 SO4 (aq) 2NH+ + SO2–4

Garam berasal dari asam kuat dan basa lemah, maka larutannya bersifat asam.

[H+] = Kw X [ NH+4 ]

Kb

[H+] = 10–14 X 0,2

2 x 10–5

[H+] = 10–5

pH = 5

3). Garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah

Rumus :

[ H+ ] = Ka x Kw

Kb

Dari rumuss harga pH larutan garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah tidak tergantung pada konsentrasi ion-ion garam dalam larutan namun tergantung pada harga ka dan kb dari asam basa pembentuknya

☺ Jika Ka = kb, maka larutan akan bersifat netral ( pH = 7 )

☺ Jika Ka > kb, maka larutan akan bersifat asam ( pH <>

☺ Jika Ka < style=””> ( pH > 7 )

Contoh soal :

* Hitunglah pH larutan CH3CooNH4 0,1 M, Jika diketahui. Ka = 10–10 dan kb NH3 = 10–5

Jawab :

[ H+ ] = Ka x Kw

Kb

[ H+ ] = 10–10 x 10–14

10–8

[ H+ ] = 10–19

pH = – Log ( 10–19 ) ½

= ½ ( – Log 10–19 )

pH = 8,5

> Hasil kali kelarutan (Ksp)

Rumuss :

Ksp Am Bn = [ An+ ] m [ Bm– ] n

Contoh :

Untuk senyawa ion sukar larut Ag2 CrO4 dengan kesetimbangan

Ag2 CrO4 2Ag+ + CrO2–4

Jawab:

Ksp Am Bn = [ An+ ] m [ Bm– ]n

Ksp Ag2CrO4 = [ Ag+ ] 2 [ CrO2–4 ]

“Sifat Kolegatif Larutan”

Sifat kolegatif larutan adalah unsur-unsur larutan yang tidak tergantung kepada jenis zat terlarut tetapi hanya tergantung pada konsentrasi partikelnya meliputi :

☺Penurunan tekanan uap jenuh

☺Kenaikan titik didih

☺Kenaikan titik beku

☺Tekanan osmotik

Konsentrasi Larutan

1). Molaritas

Adalah satuan konsentrasi yang menyatakan banyaknya mol zat terlarut di dalam setiap 1

Liter larutan.

M = n —- mol atau M = m . 1000

V —- V mr V Volume (ml)

Contoh soal : Hitung konsentrasi larutan yan gdi buat dari 2gr NaOH yang dilarutkan dalam air hingga volume 500 ml ( Mr. NaOH = 40 )

Jawab : Diketahui m = 2gr

V = 500 ml

Ditanyakan M…?

Jawab M = m X 1000

Mr V

= 2 X 1000

40 500

= 2000

20.000

= 0,1 m

2). Molalitas (m)

Adalah satuan konsentrasi yang manyatakan banyaknya mol zat pelarut tiap 1 Kg pelarut

( 1000 gr pelarut )

M = n Keterangan :

P m = molalitas

n = mol zat pelarut

p = massa pelarut (Kg)

w = massa zat (gn)

Contoh soal :

1. berapakah kemolalan larutan yang d buat dengan mencampurkan 3 gr urea dengan 200 gr

air?

2. berapakah kemolalan larutan glukosa yang mempunyai 12 % massa glukosa (mr. 180) ?

Jawab :

1). Diketahui w = 3gr

mr = 60 (mr. Co (NH2)2) Urea C = 12, N=14, 0 = 16, H = 1

p = 200 gr

Ditanyakan m…?

Jawab m = w X 1000

Mr p

= 3 X 1000

60 200

= 0,25

2). Diketahui mr = 180, dalam 12 % massa glukosa terdapat 12 gr dan massa air ( 100 – 12 ) = 88 gr

Ditanyakan m…?

Jawab m = w X 1000

mr p = 12 X 1000

180 88

= 0,76

3). Fraksi Mol

Adalah satuan konsentrasi yang menyatakan perbandingan jumlah mol zat terlarut atai pelarut terhadap jumlah mol larutan. Jadi kalai na = adalah zat pelarut, nb = adalah mol terlarut, maka fraksi mol pelarut (XA) adalah :

XA = na X pelarut = Mol pelarut

nA + nb mol pelarut + mol zat pelarut

Dan Fraksi mol zat terlarut (XB) adalah :

XB = nB X terlarut = Mol terlarut

nA + nB mol pelarut + mol terlarut

XA + XB = 1

Contoh Soal :

1). Tentukan kadar glukosa jika di ketahui fraksi mol glukosa sebesar 0,2

Jawab :

Xglukosa = 0,2

Xair = 1 – 0,2

= 0,8

Perbandingan glukosa : air = 0,2 : 0,8 = 2:8

Massa air = n . Mr

= 8 . 18

= 144gr

Massa glukosa = n . Mr

= 2 . 180 144gr + 360gr = 504gr

= 360gr

% glukosa = 360 X 100% = 71,43%

504

a). Penurunan tekanan uap ( Δp )

☺Uap jenuh adalah uap yang berada dalam kesetimbangan

☺Tekanan uap jenuh adalah tekanan yang di sebabkan oleh uap jenuh

☺Uap raouh hubungan antara tekanan uap jenuh larutan dengan tekanan uap jenuh pelarut adalah :

p = Xpelarut . Po Keterangan : p = tekanan uap jenuh larutan

po = tekanan uap jenuh pelarut

Xpelarut = fraksi mol pelarut

Selisih antara tekanan uap jenuh pelarut dengan tekanan uap jenuh larutan di sebut “Δp”

Δp = Xterlarut . po Keterangan : Δp = Penurunan tekanan uap jenuh

Δp = po – p

b). Kenaikan titik jenuh (ΔB)

☺Titik didih adalah suhu pada saat tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap atmosfer di sekitarnya. Example : Di permukaan laut ( p = 760 mmHG) air mendidih pada suhu 100ºC karena pada suhu 100ºC tekanan uap air 760 mmHG.

☺Dengan adanya zat – terlarut dalam suatu zat cair maka titik didih zat cair itu akan naik sebanding dengan konsentrasi zat terlarut.

☺Selisih antara larutan dengan titik pelarutnya di sebut kenaikan titik didih (ΔTb = Tb Larutan Elevation).

Δb = Larutan Tb Pelarut.

ΔTb tidak tergantung pada jenis zat terlarut tapi tergantung pada konsentrasi partikel dalam larutan.

Δb = kb . m Keterangan ΔTb = Kenaikan titik didih

Kb = Tetapan kenaikan titik didih molal

m = Molalitas.

c). Penurunan titik beku (ΔTf)

☺Titik beku adalah siatu suhu pada saat tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap padatan. Example, Pada tekanan 1 atm, air membeku pada 0ºC karena pada suhu itu tekanan uap air = tekanan uap es.

☺Adanya zat-zat terlarut dalam suatu zat cair mengakibatkan titik beku zat cair itu akan turun sebanding dengan konsentrasi zat terlarut.

☺Selisih antara titik beku larutan dengan titik beku pelarutnya di sebut penurunan titik beku ( ΔTf = freezing point defression)

ΔTf = Tf pelarut Tf larutan.

ΔTf tidak tergantung pada jenis zat terlarut tapi tergantung pada konsentrasi konsentrasi partikel dalam larutan

Keterangan ΔTf = penurunan titik beku

ΔTf = kf . m kf = tetapan penurunan titik beku molal

M = Molalitas

”Sistem periodik unsur”

  1. Perkembangan Sistem periodik
  1. Triade Dobereiner

“ Bila unsur-unsur di kelompokkan berdasarkan kesamaan sifatnya dan di urutkan massa atomnya, maka setiap kelompok mterdapat tiga unsur dengan massa unsur yang di tenga merupakan rata-rata dari massa unsur yang di tepi.

  1. Teori Oktet Newland

Jika unsur-unsur di susun berdasarkan kenaikan massa atom, maka sifat unsur tersebut akan berulang setelah ke delapan.

  1. Sistem Periodik Modeleef.

Bila unsur-unsur di susun berdasarkn kenaikan massa atomnya, maka sifat unsur akan berulang secara periodik

  1. Sistem periodik modern.

Bahwa bila unsur-unsur di susun berdasarkan kenakan nomor atom, maka sifat unsur akan berukang secara periodi.

Beberapa golongan di beri nama khusus, Misalnya :

– golongan IA disebut dengan golongan Alkali

– golongan IIA disebut dengan golongan Alkali Tanah

– golongan VIA disebut dengan golongan Alkali Khalkogen

– golongan VIIA disebut dengan golongan Alkali Halogen

– golongan VIIA disebut dengan golongan Alkali gas mulia

5. Hubungan konfigurasi elektron dan Sistem periodik

Dari konfigurasi elektron dapat di tentukan letak unsur dalam sistem periodik, yaitu jumlah kulit elektron menunjukkan letak dalam sistem unsur

Contoh :

Golongan IIA : 4Be – 12 Mg – 20Ca – 38Sr mempunyai konfigurasi elektron masing-masing :

4 Be : 2 , 2

12 Mg : 2 , 8 , 2

20Ca : 2 , 8 , 8 , 2

38Sr : 2 , 8 , 18 , 8 , 2

Semua unsur golongan IIA mempunyai elektron valensi sebanyak 2 elektron.

Dari contoh tersebut dapat di simpulkan bahwa jumlah elektron valensi suatu atom unsur menunjukkan golongan di dalam sistem periodik unsur

  1. Sifat-Sifat KePeriodikan.

  1. jari-jari atom

jari0jari atom merupakan jarak dari pusat atom ( inti atom ) sampai kulit elektron terluar yang di tempati elektron. Panjang pendeknya jari-jari atom di tentukan oleh dua faktor yaitu :

a). Jumlah kulit elektron

Makin banyak jumlah kulit yang dimiliki oleh suatu atom, maka jari-jari atomnya makim panjang

b). Muatan inti atom

Makin banyak inti atom berarti makin besar muatan intinya dan gaya tarik inti atom terhadap elektron lebih kuat sehingga elektron lebih mendekat ke inti atom

  1. Energi ionisasi

Energi ionisasi yang di perlukan untuk melepaskan elektron yang trikat paling lemah oleh suatu atom atau ion dalam wujud gas. Energi ionisasi pertama di gunakan untuk melepaskan elektron pada kulit terluar, sedangkan energi ionisasi yang kedua merupakan energi yang di perlukan suatu ion ( Ion +1 ) untuk melepas elektronnnya yang terikat paling lemah.

  1. Afinitas Elektron

Afinits elektron adalah besarnya energi yang di hasilkan atau di lepaskan apabila suatu atom menarik sebuah elektron. Afinitas elektron. Afinits elektro dapat di gunakan sebagai ukuran mudah tidaknya suatu atom menangkap elektron semakin besar energi yang di lepas ( Afinitas Elektron ) menunjukkan bahwa atom tersebut cenderung menarik elektron menjadi ion negatif

  1. Keelektronegatifan

Adalah kecendrungan suatu atom dalam menarik pasangan elektron yang di gunakan bersama dalam membentuk ikatan.makin besar keelektronegatifan suatu atom, makin nudah menarik pasangan elektron ikatan, atau gaya tarik elektron dari atom. Skala keelektronegatifan di dasarkan kepada gaya tarik terhadap elektron relatif

“Ikatan Kimia”

A. Kestabilan Atom

1. Membentuk Ion

Dalam membentuk ion suatu atom akan melepas atau mengikat elektron. Untuk mencapai kestabilan, atom-atom yang mempunyai energi ionisasi yang rendah cencerung melepaskan elektron, sedangkan atom-atom yang mempunyai afinitas elektron yang besar cenderung mengikat elektron.

Contoh :

Atom 17 cl : 2, 8, 7 ( Konfigurasi tidak stabil )

Agar stabil cara yang memungkinkan adalah menjadikan konfigurasi elektron seperti 18 Ar : 2, 8, 8 Dengan mengikat sebuah elektron menjadi cl –

17cl + e– cl –

( 2, 8, 7 ) (2, 8, 8 )

Proses perangkapan itu terjadi karena afinitas atom clorin besar

2. Menggunakan pasangan elektron bersama

Atom-atom yang sukar melepas elektron atau mempunyai energi ionisasi yang tinggi dan atom yang sukar menarik elektron atau mempunyai afinitas elaktron yang rendah mempunyai kecenderungan untuk membentuk pasangan elektron yang di pakai bersama

B. Ikatan ion

”Ikatan ion terjadi karena adanya gaya tarik-menarik elektrostatis antara ion positif dengan ion negatif”. Unsur-unsur logam umumnya mempunyai energi ionisasi yang rendah, sedangkan unsur-unsur nonlogam mempunyai afinitas elektron yang tinggi, dengan demikian dapat di katakan bahwa astara unsur-unsur logam dengan unsur-unsur nonlogam umumnya akan membentuk ikatan ion.

Contoh :

Senyawa NaCl

“Na : 2, 8, 1

17 cl : 2, 8, 7

Atom Na akan melepas sebuah elektron

Na Na + + e–

Atom cl akan mengikat sebuah elektron yang di lepaskan oleh atom Na tersebut sehingga menjadi cl + + e– cl– setiap ion Na + menarik sebuah ion cl- membentuk senyawa netral Na cl

Na+ + cl– Na cl

C. Ikatan Kovalen

1. Ikatan Kovalen

Untuk menggambarkan bagaiman ikatan kovalen terjadi di gunakan rumus titik elektron ( struktur lewis ). Menggambarkan peranan elektron valensi dalam mengadakan ikatan

Contoh :

1. ,H : 1 ( Elektron Val. 1 ) Dilambangkan dengan : H.

2. 7N : 2,5 ( Elektron Val. % ) Dilambangkan dengan : N

3. 😯 : 2,6 ( Elektron Val, 6 ) Dilambangkan dengan : O

2. Ikatan Kovalen Koordinasi

Ikatan Kovalen Koordinasi umumnya terjadi pada molekul yang juga mempunyai ikatan kovalen.

3. Menggambarkan rumus titik elektron ( Lewis ) untuk molekul poliatom, beberapa catatan yang dapat berguna dalam meramalkan strujtur lewis dari molekul yang beratom banyak.

1). Semua elektron terluar ( elektron Valensi ) dari masing-masing atom yang berikatan harus di hitung

2). Umumnya atom-atom dalam struktur lewis akan mempunyai delapan elektron valensi, kecuali atom hidrogen yang hanya mempunyai 2 elektron (duplet).

3). Jumlah elektron yang do terima oleh suatu atom akan sama dengan yang di berikan, kecuali terjadi ikatan koordinasi yaitu suatu yang hanya nenberi atau menerima saja pasangan elektron.

4). Umumnya dalam struktur lewis semua elektron merupakan pasangan termasuk pasangan elektron bebas ( Tidak untuk berikatan)

4. Penyimpangan Kaidah Oktet

Beberapa molekul kovalen mempunyai struktur lewis yang tidak oktet atau duplet. Struktur demikian dapat di benarkan karena fakta menunjukkan adanya senyawa tersebut, misalnya Co dan Bf3. Pada umunya molekul yang mempunyai jumlah elektron valensi ganjil akan mempunyai susunan tidak oktet, misalnya N2O dan PCls

5. Ikatan campuran Ion atau kovalen

Didalam suatu molekul kadang-kadang terjadi ikatan kovalen dan ikatan ion sekaligus. Bahkan dapat pula terjadi ikatannya merupakan ikatan ion, ikatan kovalen dan ikatan koordinasi. Dalam hal ini untuk menggambarkan struktur lewis-nya harus jelas ion positif dan negatifnya

6. Ikatan kovalen polar dan non polar

Terjadinya kutub listrik dalam ikatan kovalen disebut dengan peristiwa polaritas ikatan. Peristiwa itu di sebabkan adanya perbedaan kekuatan gaya tarik terhadap pasangan elektron yang di gunakan bersama. Besarnya kekuatan gaya tarik elektron dari suatu atom dinyatakan sebagai keelektronegatifan.

Atom mempunyai harga keelektronegatifan labih besar akan menarik pasangan elektron lebih dekat padanya, sehingga atom tersebut menjadi negatif daripada atom tersebut yang kurang kuat gaya tariknya.

Makin besar perbedaan harga keelektronegatifan antara kedua atom yang berikatan, makin polar ikatannya. Atom-atom yang tidak mempunyai perbedaan keelktronegatifan, ikatannya merupakan ikatan nonpolar misalnya molekul O2, N2, H2 dan cl2

7. Ikatan Logam

Gaya tarikan inti atom-atom logam dengan larutan elektron mengakibatkan terjadinya ikatan logam. Adanya elektron yang dapat bergerak bebas dari suatu atom ke atom yang lain menjadikan logam sebagai penghantar yang baik.

”Hukum-hukum dasar kimia”

A. Hukum Kekekalan Massa

Antonie Laurent Lavoiser melakukan penelitian terhadap logam cair yang berwarna putih perak dengan oksigen untuk membentuk merkuri oksida yang berwarna merah. Maka Lavoiser menemukan hukum kekekalan Massa atau lavoiser yang menyatakan bahwa massa total zat-zat sebelum reaksi akan selalu sama dengan massa total zat-zat hasil reaksi.

Contoh soal :

1). Logam Magnesium seberat 4 gram di bakar dengan oksigen akan menghasilkan magnesium oksida. Jika massa oksigen yang digunakan 6 gram, maka massa magnesium oksida yang di hasilkan dapat di hitung sebagai berikut :

Massa zat-zat sebelum reaksi = massa zat-zat hasil reaksi

M Magnesium oksida = m Magnesium + m oksida

= 4 gram + 6 gram

= 10 gram

B. Hukum perbandingan tetap ( Hukum Proust )

Berdasarkan proses terbentuknya, senyawa adalah gabungan dua unsur atau lebih unsur dengan perbandungan tertentu dan tetap. Melalui percobaan dengan membandingkan massa belerang dengan tembaga adalah 1 : 2, dapat di simpulkan :

1). Setiap senyawa tertentu selalu ( tersusun ) mengandung unsur-unsur yang sama

2). Perbandingan massa unsur-unsur dalam senyawa selalu tetap, pernyataan ini deikenal sebagai hukum perbandingan massa ( Hukum Proust )

C. Hukum perbandingan volume & Hipotesis Avogadro

1). Hukum Perbandingan volume

Di kemukakan oleh ilmuan perancis Joseph Louis Gay Lussac ( 1778 – 1850 ) dengan percobaanya tentang volum gas yang terlihat sebagai reaksi. Setiap satu satuan volum gas hidrogen bereaksi dengan satu satuan vo,um gas clorin akan menghasilkam dua satuan volum gas hidrogen klorida. Setiap dua satuan volum gas hidrogen bereaksi dengan satu satuan volum gas oksigen akan menghasilkan dua satuan volum uap air. Dari percobaan tersebut, Gay Lussac berkesimpulan bahwa :

Volume gas-gas yang bereaksi & volum gas-gas hasil reaksi bila di ukur pada suhu & tekanan yang sama berbanding sebagai bilangan bulat dan sederhana ( Hukum Perbandingan volum Gay– Lussac)

2). Hukum Avogadro & Hipotesis Avogrado

Hukum Avogadro berpendapat bahwa satuan terkecil dari suatu zat tidaklah harus atom, tetapi dapat merupakan gabungan atom yang di sebut molekul, 1 molekul gas hidrogen + ½ molekul oksigen + ½ molekul oksigen 1 molekul air.

Berdasarkan hal tersebut, maka avogadro membuat hipotesis yang di kenal dengan hipotesis avogadro yang menyatakan bahwa :

Pada suhu dan tekanan yang sama semua gas yang volumnya sama akan mengandung jumlah molekul yang sama

Avogadro yang mengemukakan pola hubungan antara perbandingan volum gas-gas yang bereaksi yaitu :

Jika di ukur pada suhu & tekanan yang sama perbandingan volum gas yang terlibat dalam reaksi sama merupakan angka yang bulat dan sederhana.

“Perhitungan Kimia & Persamaan reaksi”

A. Perhitungan kimia ( Stoikiometri ) adalah bagian dari ilmu kimia yang membahas tentang perbandingan massa unsur-unsur dalam senyawa termasuk di dalamnya pembahasan tentang massa unsur-unsur dalam rumus & reaksi kimia.

1). Penentuan rumus empiris & rumus molekul

Rumus empiris menunjukkan perbandingan jumlah atom-atom yang terdapat dalam suatu senyawa. Perbandingan itu di nyatakan dalam bilangan bulat terkecil, bilangan ini di dapat dari analisis terhadap senyawa itu dan di nyatakan dalam mol atom-atom penyusunnya.

Contoh :

1). Suatu karbon mengandung unsur C, H, dan O. pada pembakaran 0,29gr senyawa itu di peroleh 0,66gr CO2 & 0,27gr H2). Bila massa molekul relatif senyawa itu adalah 58 tentukan rumus molekulnya

Jawab :

Cara 1 : Misal senyawa tersebut adalah CxHy)2. maka pada pembakaran trjadi reaksi C x Hy O2 + Oz CO2 + H2O

Massa C dalam C x Hy Oz = Massa C dalam 0,66gr CO2 Hasil pembakaran.

= 1 x 12 x 0,66

44

= 0,18gr.

Massa H dalam C x Hy Oz = massa H dalam 0,27gr H2o hasil pembakaran

= 2 x 1 x 0,27gr

18

= 0,03gr

Massa O dalam C x Hy Oz = massa Cx Hy Oz – ( massa C + massa H )

= 0,29 – ( 0,18 + 0,03 )gr

= 0,08gr

nC : nH : nO = mc : mH : mO

Arc Arh ArO

= 0,18 : 0,03 : 0,08

12 1 16

= 0,015 : 0,03 : 0,05

= 3 : 6 : 1

Jadi rumus empiris senyawa tersebut adalah C3 H6 O

Jika rumus molekul senyawa di angga ( C3 H6 O ) dengan massa rumus 58, maka,

Mr ( C3 H6 O ) = ( 36 + 6 + 16 ) n

58 = 58 n

n = 1

Jadi, rumus molekul senyawa tersebut adalah 1

2. Persentase Unsur dalam senyawa

Rumus kimia menunjukkan jumlah atom-atom penyusun suatu zat. Oleh karena itu massa atom suatu unsur sudah tertentu, maka rumus kimia tersebut dapat pula di tentukan persentase atau komposisi masing-masing dalam suatu zat.

Contoh soal :

Tentukan komposisi masing-masing unsur dalam senyawa AL2 O3(Ar Al=27,0 = 6)

Jawab :

Misalnya AL2 O3 sejumlah 1 mol, berarti massanya=102gr ( mr AL2 O3 = 102 )

Setiap 1 mol AL2 O3 mengandung 2 mol AL = 2 x 27

= 54

Maka, persentase massa AL dalam AL2 O3 = 54gr x 100%

102gr

= 53,94%

Setiap 1 mol AL2 O3 mengandung 3 mol atom O = 3 x 16

= 48gr

Persentase massa O dalam AL2 O3 = 48 x 100%

102

= 46,06%

Atau,

Persentase massa O dalam AL2 O3 = (100 – 53,94)%

= 46,06%

Dari contoh di atas, maka di dapatkan rumus :

Massa A dalam p gram Am Bn = m x Ar A x p gram

Mr Am Bn

B. Persamaan reaksi

Zat yang mengalami perubahan di sebut zat pereaksi ( reaktan ) dan zat hasil perubahan di sebut Hasil reaksi ( produk )

* Persamaan reaksi menggambarkan rumus kimia zat-zat pereaksi atau reaktan dan zat hasil reaksi yang doi batasi dengan tanda panah.

* Syarat-syarat persamaan reaksi setara adalah :

a). pereaksi dan hasil reaksi di nyatakan dengan rumus kumia yang benar

b). memenuhi hukum kekekalan massa yang di tunjukkan oleh jumlah atom-atom sebelum reaksi ( di belakang tanda panah ).

c). wujud za-zat yang terlibat reaksi harus di nyatakan dalam tanda kurung setelah rumus kimia

”Sel Elektrokimia”

1). Reaksi Redoks Spontan.

Adalah reaksi redoks yang berlangsung serta merta

2). Reaksi Volta

Elektroda tempat terjadinya reduksi di sebut katode, sedangkan tempat terjadinya oksidasi di sebut anode.

Untuk menetralkan muatan listrik, maka labu A dan labu B di hubungkan oleh suatu jembatan garam yaitu larutan garam ( Macl atau kNO3.

3). Notasi Sel Volta

Susunan suatu sel volta di nyatakan dengan suatu notasi singkat yang di sebut juga diagram sel

Misalnya :

Zn Ι Zn 2+ ΙΙ Cu 2+ Ι Cu

Anode di gambarkan pada bagian kirin sedangkan katode di sebelah kanan. Pada notasi ini terjadi oksidasi 2n menjadi Zn 2+, sedangkan anode Cu 2+ mengalami reduksi menjadi Cu. Dua garis sejajar (ΙΙ) yang memisahkan anode dan katode menyatakan jembatan garam, sedangkan garis tunggal menyatakan batas abtar fase ( 2n padatan, sedangkan Zn 2+ dalam larutan, Cu 2+ dalam larutan sedangkan Cu padatan )

4). Potensial Elektrode Standar (E)

Selisih potensial di sebut potensial sel dan di beri lambang Esel. Potensial sel di sebut juga gaya gerak listrik ( ggl = emf atau elektromotif force )

Tekanan gas Ιatm di sebut potensial sel standar dan di beri lambang Eºsel

a). Potensial Elektrode

yaitu beda potensial elektrode terhadap elektrode hidrogen. Potensial elektrode hidrogen = ) volt.

Potendial elektrode sama dengan potensial reduksi, adapun potensial oksidasi sama nilainya dengan potensial reduksi, tetapi tandany berlawanan.

b). Potensial sel

Eºsel = Eº (+) – Eº (– )

Katode (reduksi) adalah elektrode yang mempunyai harga Eº lebih besar (lebih positif) sedangkan anode ( oksidasi ) adalah yang mempunyai Eº lebih kecil ( Lebih negatif )

5). Potensial Reaksi Redoks

Reaksi oksidasi adalah jumlah dari potensial setengah reaksi reduksi dan setengah reaksi oksidasi.

6). Reaksi keaktifan logam

Yaitu susunan unsur-unsur logam berdasarkan potensial elektrode standarnya

Makin tinggi kedudukan suatu logam dalam deret suatu volta

☺Logam makin rekatifan ( mudah melepas elektron )

☺Logam merupakan reduktor yang semakin kuat

Sebaliknya, makin rendah kedudukan logam dalam deret volta

☺Logam makin kurang rekatif ( Makin sukar melepas elektron )

☺Logam merupakan oksidator yang semakin kuat

7). Beberapa sel Volta komersial

a. Aki

Jenis baterai yang banyak di gunakan ubtuk kendaraan bermotor

b. Baterai kering

c. Baterai alkaline

d. Baterai Nikel – Kadmium

e. Baterai kerak oksida

f. Baterai litium

g. Sel bahan bakar

SEL ELEKTROLIS Kebalikan dari sel elektrokimia

Dalam sel elektrolisis, Listrik di gunakan untuk melangsungkan reaksi redoks tak spontan. Jadi sel elektrolisis merupakan kebalikan dari sel volta

1). Susunan Sel Elektrolisis

Tidak memerlukan jembatn garam, komponen utamanya yaitu sebuah wadah elektrode, elektrolit & sumber arus searah

2). Reaksi-reaksi elektrolisis

Tidak menuliskan reaksi elektrolisis laritan elektrolit. Faktor-faktor yang di pertimbangkan antara lain :

I. Reaksi yang berkompetisi pada tiap-tiap elektrode

☺Spesi yang mengalami reduksi di katode adalah yang mempunyai potensial elektrode lebih positif

☺Sepsi yang mengalami oksidasi dianose adalah yang mempunyai potensial elektrode lebih negatif

II. Jenis Elektrode, apakah innert atau aktif.

Elektrode innert adala elektrode yang tidak terlibat dalam reaksi

Elektrode innert yang sering di gunakan yaitu platina dan grafit

III. Overpotensial

a). Reaksi di katode

Jika kation berasal dari logam-logam aktif maka airlah yang adan tereduksi

b). Reaksi-Reaksi di anode

Logam mempunyai potensial oksidasi lebi besar daripada airn atau anion sisa asam. Jika anode tidak terbuat dari pt, An atau grafit maka anode akan teroksidasi. Pt, Au, atau grafit termasuk elektrodainnert atau sukar bereaksi. Jika anode termasuk innert maka reaksi anode tergantung pada jenis anion dalam larutan. Anion sisa oksi mempunyai potensial oksidasi lebih negatif daripada air. Anion-anion seperti itu sukar di oksidasi sehingga air yang teroksidasi. Jika anion leboh mudah di oksidasi daripada air, seperti Br– dan I– maka anion itulah yang teroksidasi.

3). Hukum-hukum Faraday

☺Hukum Faraday I :

Massa zat yang di berikan pada elektrolisis (G) berbanding lurus jumlah listrik yang di gunakan (Q)

G = Q

Jumlah muatan listrik (Q) sama dengan hasil kali dari kuat arus (I) dengan waktu (t).

Q = it

Berdasarkan persamaan di atas dapat di tuliskan sebagai berikut :

G = ME

☺Hukum Faraday II :

Massa zat di bebaskan pada elektrolisis ( G ) berbanding lurus dengan massa ekivalen zat itu ( ME ).

G = ME

Dari penggabungan hukum faraday I dan II menghasilkan persamaan, dan dapat di nyatakan sebagai berikut :

Keterangan :

G = it x ME G = Massa zat yang di bebaskan (dalam gram)

96.500 i = kuat arus (Dalam Ampere)

t = waktu (Dalam Sekon)

ME = Massa Ekivalen

Massa Ekivalen dari unsur-unsur logam sama dengan massa atom rrelatif (Ar) di bagi dengan bilangan oksidasinya (Biloks)

ME = Ar

Biloks

Maka perbandingan massa zat-zat yang di bebaskan sama dengan perbandingan massa ekivalennya.

4). Stoikiometri Reaksi Elektrolisis

Stoikiometri reaksi elektrolisis di dasarkan pada anggpan bahwa arus listrik adalah aliran elektron

IF = 1 mol elektron = 96.500 coulomb

Selama 1 detik membawa muatan sebesar it coulomb. Oleh karena 1 mol elektron = 96.500 coulomb, maka dalam it coulomb terdapat it

96.500

5). Penggunaan Elektrilisis dalam industri

a). Produksi zat

Kloron dan natrium hidroksida di buat dari elektrolisis larutan Natrium Klorida. Proses ini di sebut proses Klor – Alkali dan merupakan proses industri yang sangat penting. Ruang katode dan anode di pisahkan dengan berbagai cara sebagai berikut :

1). Sel Diafragma

2). Sel Merkuri

b). Pemurnian Logam

Contoh terpenting dalam bidang ini adalah pemurnian tembaga. Tembaga kotor di jadikan anode, sedangkan katode di gunakan tembagamurni. Larutan elektrolit yang di gunakan adalah larutan Cu SO4. selama elektrolisis, tembaga dari anode terus – menerus di larutkan kemudian di endapkan pada katode.

c). Penyepuhan

Penyepuhan (Elektroplating) di maksudkan untuk melindungi logam terhadap korosi atau untuk memperbaiki penampilan. Logam yang akan di sepuh di jadikan katode sedangkan logam penyepuhnya sebagai anode. Kedua elektrode itu di celupkan dalam larutan garam dari logam penyepuh. Sedangkan paa sendok besi ( Baja ) sedok di gunakan sebagai katode. Sedangkan anode adalah perak murni. Larutan elektrolitnya adalah larutan perak nitrat. Pada latode akan terjadi pengendapan perak, sedangkan anode perak terus-menerus larut. Konsentrasi in Ag+ dalam larutan tidak berubah.

Katode ( Fe ) : Ag+ + e Ag

Anode ( Ag ): Ag Ag+ + e

Ag ( anode ) Ag ( Katode )

”PROTEIN”

1). Asam Amino

Asam Amino adalah suatu golongan senyawa karbon yang setidak2nya mengandung satu gugus karboksil dan satu gugus amino. Gugus amino adalah gugus pembeda antara Asam amino yang satu drngan yang lainnya.

2). Ion Zwitter

Yaitu molekul yang dapat mengalami reaksi asam basa intramolekul membentuk suatu ion dipolar.

3). Asam Amino Esensial dan Non Esensial

☺ Asan Amino Esensial Asam2 Amino yang tidak dapat disintesis dalam tubuh

☺ Asam Amino Non Esensial Asam yang dapat disintesis dalam tubuh

Kekurangan protein dapat menyebabkan retardasi ( keterbelakangan ) fisik maupun mental

4). Ikatan Peptida

Yaitu ikatan yang mengaitkan dua molekul asam amino dan senyawa yang di bentuk di sebut dipeptida.

5). Struktur Protein

☺ Struktur Primer Urut-urutan asam amino dalam rantai polipeptida yang menyusun protein

☺ Atruktur Sekunder Berkaitan dengan bentuk dari suatu rantai polipeptida

☺ Struktur Tersier Protein merupakan bentuk tiga dimensi dari suatu protein

6). Hidrolisis Protein

Suatu polipeptida atau protein dapat mengalami hidrolisis jika di panaskan dengan asam klorida pekat, sekitar 6 m

7). Denaturasi protein

Misalnya suatu protein di panaskan secara perlahan-lahan sampai kira-kira 60º 70ºC. lambat laun protein itu akan menjadi keruh dan akhirnya mengalami koaagulasi perubahan inilah yang di sebut denaturasi. Protein dalam bentuk alamiahnya di sebut protein asli, setelah denaturasi di sebut protein tedenaturasi.

8). Penggolongan Protein

a. Berdasarkan Komposisi Kimia

☺Protein sederhana terdiri atas gugus amino dan tidak aa gugus kimia lain.

☺Protein konjugasi ( Prostetik ) terdiri atas rantai polipeptida yang terikat gugus kimia lain

b. Berdasarkan Bentuk

☺Protein Globular Rantai polipeptidanya berlipat rapat menjadi bentuk bulat padat

☺Protein Serabut Serabut panjang tidak berlipat menjadi globular

c. Berdasarkan Fungsi biologis

1). Enzim

2). Protein Transport

3). Protein Nutrien

4). Protein Kontraktil

5). Protein Struktur

6). Protein Pertahanan

7). Protein Pengatur

9). Reaksi Pengenalan Protein

a). Uji Nintridin

b). Uji Biuret

c). Uji Xantopotreat

d). Uji Belerang

“LIPID”

Lipid merupakan subtansi biologi yang tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut-pelarut organik yang kurang polar

1). Lemak

a. Struktur dan tata nama lemak

Lemak yang terbentuk dari sejenis asam karboksilat ( R, = R2 = R3 ) di sebut lemak sederhana, sedangkan dari dua atau tiga jenis asam di sebut lemak campuran. Umunya molekul lemak terbentuk dari dua atau lebih macam asam karboksilat. Penanaman lemak dimulai dengan kata gliseril yang diikuti oleh nama asam lemaknya

b. Perbedaan lemak dan minyak

Lemak yang berwujud cair ( minyak ) mengandung asam lemak tak jenuh, sedangkan lemak yang berwujud padat lebih banyak mengandung asam lemak jenuh

c. Bilangan Iodin

Derajat ketidak jenuhan dinyatakan oleh bilangan Iodin yaitu jumlah gram Iodin yang dapat di serap oleh 100gr lemak untuk reaksi penjenuhannya

c. Reaksi-reaksi lemak dan minyak

1). Hidrolisis

2). Penyabunan

3). Hidrogenesi minyak

e. Fungsi Lemak da Sumbernya

☺Fungsi Lemak Sumber energi dan cadangan makanan

☺Sumbernya Daging, susu, keju, kacang-kacangan

2). Fosfolipid

Merupakan ester dari gliserol, tetapi hanya dua gugus –OH dari gliserol itu yang diganti oleh gugus asil ( Asam Karbosilat ), sedangkan gugus –OH yang ketigadiganti oleh asam Fosfat yang selanjutnya terikat pada suatu alkohol yang mengandung nitrogen

3). Steroid

Steroid bukan dari golongan ester, tetapi mempunyai kesamaan sifat denganfosfolipid yaitu amfifilik, stroid yang paling banyak terdapat dalam tubuh manusia yaitu kolesterol. Zat itu merupakan bahan baku membuat garam empedu, salah satu dari empat vitamin D dan beberapa hormon. Garam-garam empedu mengemulsikan lemak yang kita makan sehingga mempermudah proses pencernaan dan penyerapannya.

KOROSI

Korosi adalah reaksi redoks antara logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa yang tak di kehendaki. Korosi biasa di sebut pengkaratan, contoh yang lazim adalah pengkaratan besi. Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen ( Udara ) mengalami reduksi, karat logam pada umumnya adalah berupa oksida atau karbonat.

☺Faktor-faktor yang menyebabkan korosi besi

Karena adanya oksigen ( Udara ) dan air.

☺Cara-cara pencegahan korosi besi antara lain :

1. Mengecat

2. melumuri dengan oli atau gembuk

3. di salut dengan plastik

4. Tin plating ( pelapisan dengan timah )

5. Galvanisasi ( Pelapisan dengan Zink ))

6. Cromium Plating (pelapisan dengan kromium )

7. Sacrifical Protection ( Pengorbanan Anode )

☺Korosi Aluminium

Aluminium, Zink dan Kromium merupakan logam yang lebih aktif dari pada besi namun logam-logam ini lebih awet, karena pengkaratan terhenti setelah lapisan tipis oksida terbentuk. Lapisan ini dapat dibuat tebal melalui elektrolisis proses yang di sebut anodizing. Aluminium yang telah mengalami proses ini di gunakan untuk membuat panci, kusen, pintu dan jendela. Lapisan oksida aluminium lebih mudah di cat dan memberi efek warna yang lebih terang.

“ REAKSI REDOKS “

1. Metode Biloks ( Bilangan Oksidasi )

a). Reaksi Ion

Langkah-langkah yang harus di tempuh dalam penyetaraan reaksi, sebagai berikut :

1). Tentukan unsur yang mengalami perubahan Biloks

2). Setarakan unsur yang mengalami perubahan biloks dengan memberi koefisien yang sesuai.

3). Tentukan jumlah penurunan biloks dari oksidator dan jumlah penambahan biloks dari reduktor. jumlah perubahan biloks = jumlah atom yang terlibat di kalikan dengan perubahan biloksnya.

4). Samakan jumlah perubahan biloks tersebut dengan memberikan koefisien yaang sesuai

5). Setarakan muatan dengan menambah ion H+ ( Dalam Suasana Asam ), atau ion OH- ( Dalam Suasana Basa )

6). Setarakan atom H dengan menambahkan H2O

Contoh Soal :

1). Setarakan reaksi redoks berikut :

Zn + NO– 3 ZnO22– + NH3 ( Suasana Basa )

Jawab :

Langkah 1 :

Zn dan N

Langkah 2 :

Zn + NO– 3 2n O22– + NH3

Langkah 3 :

Unsur Zn = Dari 0 menjadi + 2 bertambah 2

Unsur N = Dari +5 menjadi – 3 berkurang 8

Langkah 4 :

8 Zn + 2No– 3 8ZnO22– + 2NH3

Langkah 5 :

8Zn + 2No3– 8ZnO22– + 2NH3

– 2 – 16

Langkah 6 :

14oH– + 8Zn + Zno– 3 8ZnO22– + 2NH3 + 4H2O

b. Reaksi Rumus

Langkah-langkah yang harus di tempuh dalam cara ini adalah sebagai berikut :

1). Tentukan unsur yang mengalami perubagan biloks. Tuliskan biloks tersebut tepat di atas lambang atomnya masing-masing

2). Setarakan unsur yang mengalami perubahan biloks dengan memberi koefisien yang sesuai

3). Tentukan jumlah penurunan biloks dari oksidator ( yang mengalami reduksi ) dan jumlah pertambahan bilangan oksidasi dari reduktor ( yang mengalami oksidasi )

4). Samakan jumlah perubahan bilangan oksidasi reduktor dan oksidator dengan memberi koefisien yang sesuai

5). Setarakan unsur-unsur yang lainnya dalam urutan kation ( Logam ), anion ( Nonlogam ) hidrogen dan terakhir oksigen ( KAHO ).

Contoh soal :

2). Tentukan reaksi redoks berikut :

Zn + HNO3 Zn ( NO3 )2 + NH4 NO3 + H2O

Jawab :

Langkah 1 : Znº + HNO3 Zn+2 (NO3 )2 + NH4 NO3 + H2O

Langkah 2 : Zn + HNO3 Zn ( NO3 )2 + NH4 NO3 + H2O

Langkah 3 : Znº Zn+2 Bertambah 2

Zn+5 N-3 Bertambah 8

Langkah 4 : 8 Zn + 2HNO3 8Zn ( NO3 )2 + 2NH4NO3 + H2O

Langkah 5 : Kation : 8Zn + 2HNO3 8Zn ( NO3 )2 + 2NH4NO3 + H2O

Anion : 8Zn + 20HNO3 8Zn ( NO3 )2 + 2NH4NO3 + H2O

Hidrogen : 8Zn + 20HNO3 8Zn ( NO3 )2 + 2NH4NO3 + 6H2O

3). Metode setengah reaksi ( Ion – Elektron )

Proses penyetaran berlangsung menurut langkah-langkah sebagai berikut :

1). Tuliskan kerangka dasar dari setengah reaksi reduksi dan reaksi oksidasi secara terpisah dalam bentuk reaksi ion

2). Masing-masing setengah reaksi di setarakan dengan urutan sebagai berikut :

a. Setarakan atom unsur yang mengalami perubahan bilangan oksidasi

b. Setarakan Oksigen dan Hidrogen

c. Apabila terdapat spesi lain selain unsur yang mengalami perubahan biloks, oksigen dan hidrogen, maka petaraan di lakukan dengan menambahkan spesi yang bersangkutan pada ruas lainnya.

d. Setarakan muatan dengan menambahkan elektron pada ruas yang jumlah muatannya lebih besar.

3). Samakan jumlah elektron yang di serap pada setengah reaksi reduksi dengan jumlah elektron yang di bebaskan pada setengah reaksi oksidasi dengan cara memberi koefisien yang sesuai, kemudian jumlahkam kedua ruas setengah reaksi tersebut.

“ KOLOID “

a. Pertama kali di perkenalkan oleh thomas graham berdasarkan pengamatannya terhadap gelatia yang merupakan kristal namun sulit mengalami difusi, oleh karena itu, zat semacam gelatia ini kemudian di sebut koloi. Koloid di sebut juga dispersi koloid atau sistem koloid sebenarnya merupakan sistem dengan ukuran partikel yang lebih besar dari larutan tetapi lebih kecil daripada suspensi. Ukuran koloid yaitu 1 nm sampai 100 nm. Contoh koloid antara lain santan, air susu dan lem, tetapi beberapa koloid tampak seperti larutan misalnya larutan kanji yang encer, agar-agar yang masih cair dan air teh. Beberapa koloid dapat berpisah bila didiamkan dalam waktu yang relatif lama meskipun tidak semuanya, misalnya koloid belerang dalam air dan santan. Dan koloid lain yang sukar berpisah antara lain lem, cat dan tinta. Koloid yang terjadi dari dispersi zat cair di dalam medium pendispersi cair di sebut dengan emulsi.

b. Sifat-sifat Koloid

1). Efek Tyndall

2). Gerak Brown

3). Adsorpsi

4). Koagulasi

Peristiwa yang dapat menimbulkan koagulasi antara lain :

a). Pencampuran koloid yang berbeda muatan

b). Adanya Elektrolit

5). Kestabilan Koloid

Untuk menjaga kestabilan koloid, dapat dilakukan beberapa cara antara lain :

a). Menghilangkan muatan koloid

b). Penambahan stabilisator koloid

GUGUS FUNGSI

1). Pengertian gugus fungsi

Gugus fungsi adalah atom atau kelompok atom yang paling menentukan sifat suatu senyawa

Sifat

Etana

Etanol

Metanol

Wujud pada suatu kamar

Titik didih

Di campur dengan natrium

Kelarutan dalam air

Dapat terbakar

gas

– 89ºC

Tidak bereaksi

Tidak larut

Ya

Cair

78ºC

Bereaksi

Larut sempurna

Ya

Cair

65ºC

Bereaksi

Larut sempurna

Ya

a. Gugus Fungsi – OH ( Alkohol )

Beberapa Contoh gugus fungsi

No

Gugus Fungsi

Golongan senyawa

1

2

3

4

5

6

7

– OH –

– O –

O

– C – H

O

– C –

O

– C – OH

O

C – C – OR

– X

Alkohol

Eter

Aldehida

Keton

Asam Karboksilat

Ester

Halida

b. Gugus Fungsi – O – ( Eter )

Mempunyai struktur R – O – R , Salah satu eter yaitu dietil eter ( C2Hs – O – C2Hs ). Digunakan sebagai obat bius. Penggunaan lain dari eter adalah sebagai pelarut.

c. Gugus fungsi – C – H atau – CHO ( Aldehida )

Contohnya adalah metanol atau formaldehida tang terdapat dalam formalin. Bahan yang digunakan untuk mengawetkan preparat biologi atau mayat

d. Gugus Fungsi – CO – ( Keton )

Contohnya adalah aseton, suatu cairan yang biasa digunakan para wanita untuk membersihkan cat kuku

e. Gugus Fungsi – COOH ( Asam karboksilat )

Contohnya adalah asam asetat ( CH3CooH ) yang terdapat dalam cuka makan.

f. Gugus Fungsi – CooR ( Ester )

Yang banyak digunakan sebagai essen, lemak dan minyak juga tergolong Es

g. Gugus Fungsi – X ( Halogen )

Disebut juga Haloalkana. Gugus X adalah atom Halogen yaitu F, Cl, Br atau I. Monohaloalkana di sebut juga alkil Halida. Haloalkana di gunakan sebagai bahan dasar pembuatan plastik dan sebagai pelarut. Contoh, Freon yang digunakan sebagai fluida kerja dalam mesin pendingin.

“ KEISOMERAN “

Senyawa – senyawa yang mempunyai rumus molekul yang sama di sebut Isomer. Keisomeran karena perubahan struktur di sebut keisomeran struktur, sedangkan keisomeran karena perubahan konfigurasi di sebut keisomeran ruang. Keisomeran struktur dapat berupa keisomeran kerangka, posisi dan fungsi. Sedangkan keisomeran ruang dapat berupa keisomeran geometris dan optis.

1. Keisomeran rangka

Mempunyai rumus molekul dan gugus fungsi sama, namun rantai induk berbeda.

2. Keisomeran posisi

Mempunyai rumus molekul, gugus fungsi dan kerangka yang sama namun berbeda letak ( Posisi ) gugus fungsinya.

3. Keisomeran gugus fungsi

Mempunyai rumus molekul yang sama, namun berbeda gugus fungsi. Terdapat 3 pasangan Homolog yang mempunyai rumus yang sama yaitu :

1). Alkohol dengan Alkoksialkana mempunyai rumus umum CnH2n+2O

2). Alkanal dengan Alkanol, mempunyai rumus umum CnH2nO

3). Asam Alkanoat dengan Alkil alkanoat, mempunyai rumus umum CnH2nO2

4. Menentukan jumlah isomer struktur

Jumlah isomer struktur yang dapat terbentuk dari suatu senyawa bergugus fungsi tunggal dapat ditentukan berdasarkan jumlah kemungkinan gugus alkil yang dapat di bentuk oleh seyawa itu.

a. Alkohol CnH2n+2O

Mempunyai struktur umum R – OH. Jadi, jumlah kemungkinan isomer alkohol sama dengan jumlah kemungkinan gugus alkilnya ( R )

b. Alkoksialkana, CnH2n+2O atau R – O – R

Atom karbon dalam molekul eter terbagi dalam dua gugus alkil. Jumlah kemungkinan isomer sama dengan jumlah kombinasi dari kedua gugus alkil tersebut.

c. Alkanal, CnH2nO atau R – CHO

satu atom karbon dalam alkanal menjadi bagian dari gugus fungsi sisanya merupakan gugus alkil. Jumlah isomer bergantung pada jumlah kemungkinan gugus alkilnya.

d. Alkanon, CnH2nO atau R – CO – R

satu atom karbon dalan alkanon menjadi bagian dari gugus fungsi, sisanya + bagi dalam dua gugus alkil. Jumlah isomer bergantung pada jumlah kemungkinan kombinasi gugus alkilnya

e. Asam Alkanoat, CnH2nO2 atau R – COOH

Jumlah kemungkinan isomer asam alkanoat sama dengan alkanot yang setara

f. Alkil alkanoat, CnH2nO2 atau R – COOR

g. Halo Alkana, CnH2n+1 X atau R – X

Jumlah kemungkinan isomer haloalkana sama dengan alkanol yang sesuai

5. Keisomeran Geometris

Tergolong isomer ruang, mempunyai rumus molekul dan struktur yang sama. Keisomeran ini terjadi karena perbedaan konfigurasi molekul. Keisomeran geometris mempunyai dua bentuk yang di tandai dengan :

Cis : Gugus sejenis terletak pada sisi yang sama

Trans : Gugus sejenis terletak berseberangan

6. Keisomer Optis

Bidang getar di sebut bidang polarisasi. Alat untuk mengubah cahaya biasa menjadi cahaya terkutub di sebut polarisator. Berbagai jenis senyawa karbon menunjukkan kegiatan optis yaitu dapat memutarkan bidang polarisasi, senyawa – senyawa yang dapat memutar bidang polarisasi di sebut optis aktif. Keisomeran ini berkaitan dengan sifat optis contohnya 2 – Butanol. Mempunyai 2 isomer optis yaitu d – 2 Butanol dan L – 2 – Butanol.

Menurut Lebel dan Vanf Hoff, keisomeran optis di sebabkan adanya atom karbon asimetris dalam molekul yaitu atom c yang terikat pada 4 gugus yang berbeda. Senyawa yang mempunyai atom karbon asimetris bersifat kiral, dua isomer yang merupakan bayangan cermin satu dengan yang lainnya disebut enansiomer. Isomer – isomer yang bukan enansiomer disebut diastereoisomer. Sudut putaran di tentukan melalui percobaan dengan alat polarimeter. Campuran ekimolar dua enansiomer disebut campuran rasemat dan bersifat optis tak aktif.

“ REAKSI – REAKSI SENYAWA KARBON “

1. Berbagai jenis reaksi senyawa karbon

Reaksi senyawa karbon merupakan pemutusan dan pembentukan ikatan kovalen. Jenis senyawa karbon yaitu subtitusi, adisi, eliminasi dan redoks

a. Subtitusi

pada reaksi subtitusi dimana atom atau gugus atom yang terdapat dalam suatu molekul di gantikan oleh atom atau gugus atom lain

b. adisi

pada reaksi adisi dimana molekul senyawa yang mempunyai ikatan rangkap berubah menjadi ikatan tunggal

c. Eliminasi

pada reaksi eliminasi dimana molekul senyawa berikatan tunggla berubah menjadi senyawa berikatan rangkap dengan melepas molekul kecil.

d. reaksi redoks

adalah reaksi yang di sertai perubahan bilangan oksidasi

2. Reaksi – reaksi Alkohol

Atom karbon primer adalah atom karbon yang terikat langsung pada satu atom karbon yang lain, atom karbon sekunder terikat langsung pada dua atom karbon yang lain dan seterusnya. Berdasarkan jenis atom yang mengikat gugus – OH Alkohol di bedakan menjadi alkohol primer – OH pada atom karbon primer dan seterusnya

a. reaksi dengan logam aktif

atom H dari gugus – H dapat disubtitusi oleh logam aktif misalnya matrium dan kalium

b. subtitusi gugus – OH oleh halogen

gugus – OH dapat di subtitusi oleh atom halogen bila di reakskan dengan HX pekat, atau PXs ( X = Halogen )

c. Oksidasi Alkohol

Dengan zat – zat pengoksidasi sedang seperti larutan K2Cr2O dalam lingkungan Asam, Alkohol teroksidasu sebagai berikut :

I. alkohol primer membentuk aldehida dan dapat teroksidasi lebih lanjut membentuk asam karboksilat.

II. alkohol sekunder membentuk keton

III. alkohol tersier tidak teroksidasi

Dalam oksidasi alkohol, sebuah atom oksigen dari oksidator akan menyerang atom H – Karbinol

d. Pembentukan Ester ( Esterifikasi )

alkohol bereaksi dengan asam karboksilat membentuk ester dan air

e. dehiodrasi alkohol

jika di panaskan bersama asam sulfat pekat akan mengalami dehidrasi ( melepas molekul air ) membentuk estr atau alkena

3. Reaksi – Reaksi Eter

a. Pembakaran

eter mudah terbakar membentuk gas karbon dioksida dan uap air

b. reaksi logam aktif

eter tidak bereaksi dengan logam natrium ( Logam aktif )

c. Reaksi dengan PCLs

eter bereaksi dengan PCLs, tetapi tidak membebaskan HCL

d. Reaksi dengan Hidrogen Halida ( HX )

Eter terurai oleh asam halida, terutama HI

4. Membebaskan Alkohol dengan Eter

Alkohol dan eter merupakan isomer fungsi dengan rumus umum CnH2n+2O, tetapi kedua homolog ini mempunyai sifat yang berbeda nyata, baik sifat fisik maupun sifat kimia

☺Perbandingan titik cair dan titik didih antara eter dan alkohol

Eter

Titik Cair

Titik Didih

Alkohol

Titik Cair

Titik Didih

– Metil Eter

– Etil Eter

– Propil Eter

– 140

– 116

– 122

– 24

34,6

91

Etanol

1 – Butanol

2 – Butanol

– 115

– 90

– 52

78,3

117,7

155,8

☺Secara kimia, alkohol dan etr dapat dibedakaan berdasarkan reaksinya dan logam

natrium dan posforus pentaklorida.

a. alkohol bereaksi dengan natrium membebaskan H, sedangkan eter tidak bereaksi

b. alkohol bereaksi dengan PCLs menghasilkan gas HCL, sedangkan eter tidak menghasilkan HCL.

5. Reaksi – Reaksi Aldehida

a. Oksidasi

Aldehida merupakan reduktor kuat sehingga dapat mereduksi oksidator – oksidator lemah. Pereaksi Tollens dan Fehling adalah dua contoh oksidator lemah yang merupakan pereaksi khusus untuk mengenali aldehida. Pereaksi ini terbuat dari perak nitrat dalam amonia dengan cara menetesi larutan perak nitrat kedalam amonia, sedikit demi sedikit hingga endapan yang mula – mula terbentuk larut kembali. Jadi pereaksi Tollens mengandung perak sebagai ion kompleks, yaitu [ Ag (NH3)2 ]

b. Adisi Hidrogen

Ikatan rangkap – C = O dari gugus fungsi aldehida dapat di adisi hidrogen membentuk suatu alkohol primer. Adisi hidrogen menyebebkan penurunan biloks atom karbon gugus fungsi

c. Pembentukan Asetala dan Hemiasetala

Asetala merupakan senyawa karbon dengan dua gugus eter yang terikat pada suatu atom primer, sedangkan Hemiasetala merupakan gugus yang terikat terdiri dari satu gugus eter dan satu gugus alkohol

6. Sifat – Sifat Keton

a. Oksidasi

merupakan reduktor yang lemah dari pada aldehida. Aldehida dan keton dapat di bedakan dengan menggunakan pereaksi – pereaksi tersebut :

Aldehida + Pereaksi Tollins Cermin perak

Keton + Pereaksi Tollins Tidak ada reaksi

Aldehida + Pereaksi Fehling Endapan merah bata

Aldehida + Pereaksi Fehling Tidak ada reaksi

b. Reduksi

menghasilkan alkohol sekunder

c. Pembentukan ketala dan hemiketala

Ketala adalah senyawa karbon dalam mana dua gugus eter terikat pada satu atom karbon sekunder. Jika gugus yang terikat itu adalah satu gugus eter dan satu gugus alkohol maka di sebut hemiketala

7. Menbedakan Aldehida dengan Keton

Aldehida dengan keton merupakn senyawa fingsional tetapi mempunyai sifat – sifat yang berbeda. Perbedaan antara aldehida dengan keton yaitu dengan teori Tollens atau pereaksi Fehling, dimana Aldehida bereaksi positif dengan kedua pereaksi tersebut, sedangkan keton bereaksi negatif.

8. Reaksi – Reaksi Asam Karboksilat

a. Reaksi penetralan

Asam karboksilat bereaksi dengan basa membentuk garam dan air. Garam natrium atau kalium dari asam karboksilat membentuk sabun. Sabun natrium juga di kenal juga sabun keras, sedangkan sabun kalium disebut juga sabun lunak. Sebagai contoh adalah Natrium Stearat dan kalium stearat. Asam alkanoat merupakan asam lemah. Semakin panjang rantai alkilnya, semakin lemah asamnya. Asam format adalah yang paling kuat. Asam format mempunyai Ka = 1,8 x 10-4. Oleh karena itu kalium dan natrium mengalami hidrolisis parsial dan bersifat basa.

b. Reaksi pengesteran

asam karboksilat bereaksi dengan alkohol membentuk ester yang disebut Esterifikasi ( Pengesteran )

9. Reaksi – Reaksi Ester

Hidrolisis

Ester terhidrolisis dengan pengaruh asam dan membentuk alkohol dan asam karboksilat. Reaksi ini merupakan kebalikan dari pengesteran

10. Reaksi – Reaksi Haloalkana

Haloalkana dibuat melalui proses subtitusi, dapat dibuat bahan kimia lainnya melalui berbagai reaksi khususbya subtitusi dan eliminasi

a. Subtitusi

Atom Halogen dari Haloalkana dapat diganti oleh gugus – OH jika Haloalkana do reaksikan dengan suatu larutan basa kuat, misalnya dengan NaOH.

b. Eliminasi Hx

Haloalkana dapat mengalami eliminasi Hx jika di panaskan bersama suatu alkoksida.

“Tata nama Senyawa Turunan Alkana

Bagian depan ( alk ) menyatakan jumlah atom karbon dalam molekulnya

1 = Met

2 = Et

3 = Prop

4 = But

5 = Pent

6 = Heks

7 = Hept

8 = Okt

9 = Non

10 = Dek

Bagian tengah ( an, en, atau un ) menyatakan jenis ikatan karbon

an = Jenuh

en = Ikatan rangkap dua

un = Ikatan rangkap tiga

Bagian akhir menyatakan gugus fungsi

a = Hidrokarbon ( Tanpa gugus fungsi )

ol = Alkohol

al = Aldehida

om = Keton

oat = Asam Karboksilat

1. Tata nama Alkohol

a. Nama IUPAC

Nama Alkohol diturunkan dari nama alkana yang sesuai dengan mengganti akhiran a menjadi ol

b. Nama lazim

selain nama IUPAC, alkohol sederhana juga mempunyai nama lazim yaitu alkil alkohol

2. Tata nama Alkoksialkana ( Eter )

a. Nama IUPAC

Dalam hal ini eter di anggap sebagai turunan alkana dengan satu atom H alkana itu di ganti oleh gugus alkohol ( – OR ). Jika gugus alkilnya berbeda, maka alkil yang terkecil yang di anggap sebagai gugus alkoksi, sedangkan gugus lainnya sebagai alkana ( sebagai induk ).

b. Nama lazim

Nama lazim Eter adalah alkil alkil eter, yaitu nama kedua gugus alkil diikuti kata eter. Eter kedua gugus alkilnya sama dinamai dialkil eter. Urutan penulisan gugus alkilnya tidak harus berdasarkan abjad

3. Tata namaAlkanal ( Aldehida )

a. Diturunkan dari nama alkana sesuai dengan mengganti akhiran a menjadi al

b. Nama lazim

Diturunkan dari asam karboksilat yang sesuai dengan mengganti akhiran at menjadi aldehida dan membuang kata asam.

4. Tata nama Alkanon

a. Tata nama IUPAC

Diturunkan dari nama alkana dengan mengganti akhiran a menjadi on.

Penamaan alkanon bercabang adalah sebagai berikut :

1. Rantai induk adalah rantai terpanjang yang mengandung gugus fungsi – CO –

2. Penomoran di mulai dari salah satu ujung rantai induk, sehingga posisi gugus fungsi mendapat nomor terkecil

3. Penulisan sama dengan Alkohol

b. Nama Lazim

Nama lazin keton adalah alkil alkil keton – kedua gugus alkil disebut secara terpisah kemudian di akhiri dengan kata keton

5. Tata nama Asam Alkanoat

a. Tata nama IUPAC

Diturunkan dari nama alkana yang sesuai dengan mengganti akhiran a menjadi oat, dan memberi awalan asam

Tata nama asam alkanoat bercabang, pada dasarnya seperti tata nama aldehida

Sebagai berikut :

1. Rantai induk adalah rantai terpanjang yang mengandung gugus karboksil

2. penomoran dimulai dari atom c gugus fungsi ( atom c gugus karboksil )

3. penulisan nama sama seperti senyawa bergugus fungsi yang lain

Asam karboksilat yang mempunyai dua gugus disebut alkanodioat, sedangkan yang mempunyai tiga gugus disebut asam alkanatriot dan seterusnya.

b. Nama lazim

Nama Lazim beberapa asam karboksilat

No

Rumus Bangun

Nama IUPAC

Nama Lazim

1

2

3

4

5

6

7

8

9

HcooH

CH3CooH

CH3CH2CooH

CH3(CH2)2CooH

CH3(CH2)3CooH

CH3(CH2)3CooH

CH3(CH2)14CooH

CH3((CH2)16CooH

HooCCooH

Asam Metanoat

Asam Etanoat

Asam propanoat

Asam Butanoat

Asam Pentanoat

Asam Dodekanoat

Asam Heksadekanoat

Asam Oktadekanoat

Asam Etanadioat

Asam Format

Asam Asetat

Asam Propinoat

Asam Butirat

Asam Valerat

Asam Laurat

Asam Palmitat

Asam Stearat

Asam Oksalat

6. Tata nama Alkil Alkanoat ( Ester )

Yang disebut Alkil pada nama itu adalah gugus karbon yang terikat pada atom O ( gugus R’ ), sedangkan alkanoat adalah gugus R – Coo – . Atom C gugus fungsi masuk kedalam bagian alkanoat

7. Tata nama Haloalkana

Haloalkana adalah senyawa turunan alkana dengan satu atau lebih atoh H digantikan dengan atom hidrogen, aturan penamaan haloalkana sebagai berikut :

– rantai induk adalah rantai terpanjang yang mengandung atom halogen

– penomoran dimulai dari salah satu ujung, sehingga atom halogen mendapat nomor

terkecil

Nama Halogen ditulis sebagai awalan dengan sebutan bromo, kloro, fluoro dan iodo

Jika terdapat lebih dari sejenis halogen maka prioritas penomoran di dasarkan pada kereaktifan halogen

jika terdapat dua atau lebih atom halogen sejenis dinyatakan dengan awalan di, tri, dan seterusnya

jika terdapat rantai samping ( cabang alkil ), maka halogen didahulukan

“ BENZENA DAN TURUNANNYA “

1. Struktur Kekule

Rumus molekul benzena ( C6 H6 ) memperlihatkan ketidakjenuhan

Untuk mejelaskan sifat-sifat benzena, maka pada tahun 1865 kekule mengajukan struktur lingkar enam dengan tiga ikatan rangkap yang berkonjugasi dan selalu berpinda-pindah

2. Ikatan Sigma dan ikatan PHI

Menurut teori ikatan Val, Orbital molekul terbentuk dari penumpang tindihan orbital-orbital atom. Penumpang tindihan orbital-orbital atom dapat terjadi menurut dua cara

yaitu :

1. Penumpang tindihan ujung dengan ujung, ikatan kovalen yang terbentuk dengan penumpang tindihan jenis ini disebut ikatan sigma]

2. Penumpang tindihan sisi dengan sisi, ikatan kovalen yang terbentuk dengan tipe ini disebut ikatan PHI

Ikatan pertama yang terjadi antara dua atom selalu berupa ikatan sigma, sedangkan ikatan kedua dan ketiga adalah ikatan PHI. Jadi,

☺Ikatan kovalen tunggal adalah ikatan sigma

☺Ikatan rangkap terdiri dari satu ikatan sigma dan satu ikatan PHI

☺Ikatan rangkap tiga terdiri dari satu ikatan sigma dan dua ikatan PHI

Hibridasi pada atom karbon

Dalam pembentukan senyawa, atom karbon dapat mengalami tiga macam hibridasi, yaitu 3p3, 3p2 dan sp

Setiap ikatan sigma memerlukan 1 orbital hibrida

☺Jika karbon membentuk 4 ikatan sigma, maka tipe hibridasinya adalah 3p3

☺ Jika karbon membentuk 3 ikatan sigma, maka tipe hibridasinya adalah 3p2

☺ Jika karbon membentuk 2 ikatan sigma, maka tipe hibridasinya adalah 3p

“ Sifat – Sifat Benzena “

1. Subtitusi pertama

a. Halogenesi Benzena bereaksi langsung dengan halogen dengan katalisator besi ( III ) halida

b. Nitrasi Benzena bereaksi dengan asam nitrat pekat dengan katalisator asam sulfat pekat membentuk nitrobenzena

c. Sulfonasi Terjadi apabila benzena di panaskan dengan asam sulfat pekat

d. Alkilasi Alkilbenzena dapat terbentuk jika benzena direaksikan dengan alkil halida dengan katalisator aluminium kloroda ( AlCl3 )

2. Subtitusi kedua

Pengaruh subtituen pertama terhadap subtitusi kedua

Pengaruh Orta para Pengaruh Meta

– NH2 NHR, NR2 O

– CR

– OH – CO2R

– OR – SO3H

O – CHO

– NHCR – CO2H

– C6H6 ( Aril ) – CN

– R ( Alkil ) – NO2

– X : ( Mendeaktifkan ) – NR3+

“ Kegunaan dan dampak dari benzena dan beberapa turunannya “

1. Benzena Sebagai pelarut berbagai jenis zat, bahan dasar membuat stirena dan nilon 66

2. Fenoln Sebagai antiseptik

3. Asam Salisilat Sebagai obat dengan nama spirin ataui asetosal

4. Asam Benzoat Sebagai pengawet pada berbagai makanan olahan

5. Anilina Bahan dasar membuat zat – zat diaso.

“ POLIMER ”

Berbagai barang yang dibuat dari bahan plastik disebut polimer. Polimer yang lazim adalah polietilena, polistirena dan polivinilklorida ( PVC ). Polimer terdiri dari molekul – molekul besar disebut makromolekul. Unit pembangun polimer yang berasal dari molekul sederhana disebut monomer. Reaksi pembentukan polimer dari monomernya disebut polimerasasi

1. Polimerasasi Adisi

Terjadi pada monomer yang mempunyai ikatan rangkap. Polimerasasi adisi adalah perkaitan langsung antarmonomer berdasarkan reaksi adisi ( Dapat berlangsung dengan bantuan katalisator )

2. Polimerasasi Kondensasi

Monomer – monomernya saling berkaitan dengan melepas molekul kecil, seperti H@) dan CH3OH. Polimerasasi ini terjadi pada monomer yang mempunyai gugus fungsi pada kedua ujungnya.

Penggolongan Polimer

1. Berdasarkan asalnya

» Polimer alam yaitu polimer yang terdapat di alam

» Polimer sintetis yaitu polimer yang dibuat di pabrik dan tidak terdapat di alam

Beberapa contoh polimer alam

Polimer

Monomer

Polimerasasi

Sumber terdapatnya

Protein

Amilum

Selulosa

Asam Nukleat

Karet Alam

Asam Amino

Glukosa

Glukosa

Nukleotida

Isoprena

Kondensasi

Kondensasi

Kondensasi

Kondensasi

Adisi

Wol / Sutera

Beras, Gandum, Lainnya

Kayu ( Tumbuh – tumbuhan

DNA, RNA

Getah pohon karet

Beberapa contoh Polimer

Polimer

Monomer

Polimerasasi

Sumber terdapatnya

Polietilena

PVC

Polipropilena

Teflon

Etena

Vinilklorida

Propena

Tetrafluoroetilena

Adisi

Adisi

Adisi

Adisi

Plastik

Pelapis lantai, pipa

Tali plastik, botol plastik

Panci anti lengket

2. Berdasarkan jenis polimernya

» Homopolimer terbentuk dari satu jenis monomer

Contohnya : Polietilena, Polipropilena, Teflon

» Kopolimer terbentuk dari dua jenis atau lebih monomer

Contohnya : Nilon – 66 dan Dakran

3. Berdasarkan sifatnya terhadap panas

» Polimer termoplas adalah polimer yang melunak jika dipanaskan dan dapat dibentuk ulang.. contohnya : PVC, Polietilena

» Polimer termoseting adalah polimer yang tidak melunak jika dipanaskan dan tidak dapat dibentuk ulang. Contohya : Bakelit ( Plastik yang di gunakan untuk listrik )

Perbedaan antara polimer termoplas dan termoseting terletak pada strukturnya. Polimer termoplas terdiri atas molekul – molekul rantai lurus, sedangkan polimer termoseting terdiri atas ikatan silang antar rantai sehingga terbentuk bahan yang keras dan lebih kaku.

Berbagai Macam Polimer

1. Karet Alam

a. Karet alam adalah polimer dari isoprena. Getah pohon karet disebut lateks. Karet dikoagulasikan dari lateks dengan menggunakan asam format.

b. Vulkanisasi

Karet dapat dipanaskan jika dimasak dengan belerang. Pengerasan terjadi karena terbentuk ikatan saling disulfida antar rantai. Proses ini disebut Vulkanisasi.

2. Karet Sintetis

a. Polibutadiena

Mirip dengan karet alam namun tidak kuat dan tidak tahan terhadap bensin atau minyak

b. Polikloroprena ( Neoprena )

Mempunyai daya tahan terhadap minyak dan bensin yang paling baik dibandingkan elastomer lainnya. Digunakan untuk membuat selang oli

c. SBR

SBR adalah kopolimer dari stirena ( 25% ) dan butadiena ( 75% ).

Merupakan karet sintetis yang paling banyak digunakan dan diproduksi.

Penggunaan SBR adalah untuk ban kendaraan bermotor.

4. Polipropilena

Untuk membuat kalung, tali, botol dan sebagainya

5. Teflon

Banyak yang dipakai sebagai gasket, pelapis tangki dipabrik kimia dan pelapis panci anti lengket.

6. PVC

Untuk membuat pipa, pelapis lantai, selang dan sebagainya

7. Polistirena

Untuk membuat gelas minuman ringan, isolasi, bahan untuk pengepakan dan kemasan makanan

8. Akrilat

Dikenal dengan nama flexiglass, digunakan untuk membuat baju “ WOL “, kaos kaki, karpet dan lain – lain

9. Bakelit

Digunakan untuk peralatan listrik

10. Nilon

Membuat tali, jala, parasut

11. Terilen

Digunakan sebagai tekstil

12. Resin urea – formaldehida dan melamin – formaldehida

Digunakan untuk perkakas makanan misalnya mangkuk dan piring.

“ Penanganan Limbah Plastik “

1. Daur ulang

2. Incinerasi

3. Plastic Biodegradabel

“ KARBOHIDRAT “

1. Susunan dan penggolongan karbohidrat

a. Susunan terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen. Karbohidrat mempunyai rumus umum Cn ( H2O )m. rumus molekul glukosa misalnya dapat dinyatakan sebagai C6 ( H2O )6. nama lain karbohidrat adalah sakarida. Berdasarkan gugus fungsinya karbohidrat merupakan suatu poklihidroksialdehida

b. penggolongan karbohidrat

karbohidrat biasanya digolongkan menjadi monosakarida, disakarida dan polisakarida

2. Monosakarida

Dapat berupa aldesa dan ketosa

a. Konfigurasi monosakarida

1. Struktur terbuka ( Alifatis )

2. Struktur melingkar

b. Sifat –Sifat Monosakarida

1. Kelarutan dalam air

2. Mutarotasi

3. Oksidasi

4. Reduksi

c. Beberapa Monosakarida

1. Glukosa

2. Fruktosa

3. Ribosa dan 2 – Deoksiribosa

3. Disakarida

Terbentuk dari dua molekul monosakarida. Ikatan menghubungkan unit – unit monosakarida dalam disakarida juga dalam polisakarida disebut ikatan Glikosida.

a. Sukrosa

Sukrosa adalah gula pasir biasa. Terbentuk dari satu molekul glukosa dan satu molekul fruktosa. Ikatannya melibatkan gugus hemiasetal glukosa dan gugus hemiketal fruktosa

b. Maltosa

Terdiri atas dua molekul glukosa. Digunakan dalam makanan bayi. Maltosa tergolong gula pereduksi

c. Laktosa

terdiri dari satu molekul glukosa dengan satu molekul galaktosa. Secara komersial laktosa doperoleh sebagai hasil samping pabrik keju.

4. Polisakarida

a. Amilum

Amilum atau pati adalah polisakarida yang terapat dalam tumbuhan. Amilum dapat dipisahkan menjadi dua bagian yaitu amilosa dan amilopektin. Amilosa merupakan polimer rantai kurus yang terdiri dari 1000 atau lebih molekul glukosa, sedangkan amilopektrin merupakan polimer bercabang.

b. Glikogen

Molekul glikogen menyerupai amilopektrin tetapi lebih bercabang. Percabangan terjadi antara 6 – 12 unit glukosa. 1 molekul glikogen terdiri dari 1700 hingga 600.000 molekul glukosa

c. Selulosa

Selulosa merupakan polimer rantai lurus dari B – D – glukosa dengan ikatan B – (1, – 4 ). Panjang rantai berkisar dari 200 – 26.000 unit glukosa dapat tersusun rapat dan melintir seperti serat dalam benang.

5. Reaksi pengenalan karbohidrat

1. Uji umum untuk karbohidrat adalah uji molisch

2. Gula pereduksi, yaitu monosakarida dan disakarida dapat di tunjukkan dengan pereaksi fehling atau benedict.

3. Amilum memberi warna biru – ungu dalam larutan iodin

LAJU REAKSI

a) Laju Reaksi adalah berkurangnya jumlah pereaksi untuk satuan waktu atau bertambahnya jumlah hasil reaksi untuk setiap satuan waktu.

Ukuran jumlah zat dalam reaksi kimia umumnya dinyatakan sebagai konsentrasi molar atau molaritas (M), dengan demikian maka laju reaksi menyatakan berkurangnya konsentrasi pereaksi atau bertambahnya konsentrasi zat hasil reaksi setiap satu satuan waktu (detik). Satuan laju reaksi dinyatakan dalam satuan mol dmˉ³ detˉ¹ atau mol /liter detik.

b) Stoikiometri laju reaksi

Secara umum untuk reaksi yang dinyatakan dengan persamaan reaksi :

aA + bB cC + dD

Berlaku :

Laju reaksi = Ι Δ [A] = – Ι Δ [B] = + Ι Δ [C] = + Ι Δ [B]

a Δt bΔt cΔt dΔt

c) Penentuan Laju Reaksi

Penentuan laju reaksi dapat dilakukan dengan cara fisika atau cara kimia. Dengan cara fisika yaitu berdasarkan sifat-sifat fisis campuran yang dipengaruhi oleh konsentrasi campuran , misalnya daya hantar listrik, tekanan (untuk reaksi gas),adopsi cahaya dll.

Sedangkan dengan cara kimia yaitu dengan menghentikan reaksi secara tiba-tiba setelah selang waktu tertentu, kemudian konsentrasinya ditentukan dengan metode analisis kimia.

Laju rata-rata = Δ [Br 2]

Δt

= – [Br2] akhir- [Br2] mula-mula

t akhir- t awal

* Hukum Laju Reaksi

Dari hasil percobaan-percobaan diketahui bahwa umumnya laju reaksi tergantung pada konsentrasi awal dari zat-zat pereaksi, pernyataan ini dikenal dengan Hukum Laju Reaksi atau persamaan laju reaksi.

Secara umm untuk reaksi :

рA + qB rC

v = k [A]…. [ B ]…..

Keterangan :

V = Laju reaksi ( mol dm ˉ³ det ˉ¹ )

K = Tetapan Laju Reaksi

m = Tingkat reaksi ( orde reaksi ) terhadap A

n = Tingkat reaksi ( orde reaksi ) terhadap B

[ A ]= Konsentrasi awal A (mol dm )

[ B ]= Konsentrasi awal B ( mol dm )

* Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi

1). Teori tumbukan.

2). Konsentrasi

3). Luas permukaan sentuhan.

4). Suhu……..laju reaksi

5). Katalisator.

Ada 2 cara yang dilakukan katalisator dalam mempercepat reaksi yaitu.

a). Pembentukan senyawa antara

b). Adsopsi.

“KESETIMBANGAN KIMIA”

  1. Reaksi berkesudahan dan dapat balik

Reaksi kimia berdasarkan arahnya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu Reaksi berkesudahan satu arah dan dapat balik ( dua arah ). Pada reaksi berkesudahan zat-zat hasil tidak dapat saling bereaksi kembali menjadizat pereaksi. Reaksi kesetimbangan dinamis dapat terjadi bila reaksi yang terjadi merupakan reaksi bolak-balik.

  1. Keadaan setimbang.

1). Reaksi bolak-balik.

Suatu reaksi dapat menjadi kesetimbangan bila reaksi baliknya dapat dengan mudah berlangsung secara bersamaan. Proses penguapan dan pengembunan dapat berlangsung dalam waktu bersamaan. Reaksi-reaksi homogen ( Fasa pereaksi dan hasil reaksi sama, misalnya reaksi-reaksi gas atau larutan ) akan lebih mudah berlangsung bolak-balik dibanding dengan reaksi yang Heterogen. Umumnya reaksi heterogen dapat berlangsung bolak-balik pada suhu tinggi.

2). Sistem tertutup

Sistem tertutup adalah suatu sistem reaksi dimana baik zat-zat yang bereaksi maupun zat-zat hasil reaksi tidak ada yang meninggalkan sistem

3). Bersifat dinamis.

Artinya secara mikroskopis berlangsung terus menerus dalam dua arah dengan laju reaksi pembentukan sama dengan laju reaksi baliknya.

  1. Hukum kesetimbangan …… tetapan kesetimbangan ( K )

Rumus :…………………………..

Rumusan itu disebut Hukum kesetimbangan, yaitu :

Bila dalam keadaan setimbang maka hasil kali konsentrasi zat-zat hasil reaksi dipangkatkan koefesiennya dibagi dengan hasil kali konsentrasi zat-zat pareaksi dipangkatkan koefisiennya akan mempunyai harga yang tetap.

  1. Makna Harga Tetapan Kesetimbangan.

1). Dapat mengetahui kondisi suatu reaksi bolak balik

2). Dapat mengetahui komposisi zat-zat dalam keadaan setimbang.

  1. Harga tetapan kesetimbangan …….. tekanan gas.

Harga tetapan kesetimbangan yang diperoleh berdasarkan konsentrasi diberi lambang Kc, sedangkan untuk tetapan kesetimbangan yang diperoleh dari harga tekanan lambang Kp.

Untuk reaksi setimbang :

Kp = ( Pc )…..( Pd )………

( Pa )…( Pb )…….

Keterangan :

PA : Tekanan Parsial gas A

PB : Tekanan Parsial gas B

PC : Tekanan Parsial gas C

PD : Tekanan Parsial gas D

Berdasarkan Hukum tantang gas ideal PV = n RT dapat dicari hubungan antara Kp dengan Kc

Rumus:…………………..

Sedangkan berdasarkan persamaan gas ideal PV = n RT didapatkan bahwa P = n / v ( RT ) untuk gas besaran n / v adalah merupakan konsentrasi gas dalam ruangan sehingga :

Kp = Kc ( RT )………………………..

Atau

Kp = Kc ( RT ) ……

c). Tetapan kesetimbangan untuk kesetimbangan Heterogen.

Zat-zat yang konsentrasi tetap ( zat padat atau zat cair murni ) tidak tampak pada rumusan harga K

d). Kesetimbangan Disosiasi

Yaitu kasetimbangan yang melibatkan terurainya suatu zat manjadi zat yang lebih sederhana.

e). Pergeseran kesetimbangan

Dikenal dengan Asas Le chatelier yaitu jika dalam suatu sistem kesetimbangan diberi aksi, maka sistem akan berubah sedemikian rupa sehingga pengaruh aksi sekecil mungkin.

Beberapa aksi yang dapat menimbulkan perubahan pada sistem kesetimbangan, antara lain :

Perubahan konsentrasi

Perubahan volum

Perubahan tekanan

Perubahan suhu.

“TERMOKIMIA

Termokimia membahas hubungan antarakalor dengan reaksi kimia atau proses-proses yang berhubungan dengan reaksi kimia.

* Reaksi Eksoterm, Endoterm, dan perubahan Entalpi.

A. Reaksi Eksoterm.

Yaitu reaksi yang disertai dengan perpindahan kalor dari sistem kelingkungan.

B). Reaksi Endoterm.

Yaitu reaksi yang disertai dengan perpindahan kalor dari lingkungan ke sistem.

Bila perubahan entalpi sistem dirumuskan :

ΔH = H akhir – H awal

Pada reaksi eksoterm yang berarti sistem melepas kalor berlaku.

H akhir – H awal

Atau

ΔH <>

C). Perubahan Entalpi.

Yaitu bilamana sistem mengalami perubahan pada tekanan ttetap, maka perubahan kalor itulah yang disebut Perubahan Entalpi (ΔH).

Jika suatu reaksi berlangsung pada tekanan tetap maka perubahan entalpinya sama dengan kalor yang dipindahkan dari sistem ke lingkungan atau sebaluknya kedalan keadaan semula.

ΔH = qp

*Hukum Hess

Bunyi dari hukum hess yaitu :

Bahwa perubahan entalpi suatu reaksi hanya tergantung pada keadaan awal (zat-zat pereaksi) dan keadaan akhir aaaa9 zat-zathasil reaksi ) dari suatu reaksi dan tidak tergantung bagaimana jalannya reaksi.

Untuk menggambarkan rute reaksi yang terjadi pada reaksi oleh hess digambar dengan siklus Energi yang dikenal dengan siklus Hess.

*Energi Ikatan Rata-rata

Merupakan Energi rata-rata yang diperlukan untuk memutus sebuah ikatan dari seluruh ikatan suatu molekul gas menjadi atom-atom gas.

ΔH = ∑ Energi ikatan pereaksi – ∑ Energi ikatan hasil reaksi

SELAMAT DAN SUKSES

Atas wisudanya rekan-rekan guru Kimia di Sumatera Barat oleh Prof. Dr. Ir. H. Musliar Kasim, MS (Rektor Universitas Andalas) dan Prof. Dr. Ir. H. Novirman Jamarun, M.Sc (Direktur Program Pascasarjana Universitas Andalas) pada WISUDA II ANGKATAN 2007/2008, Sabtu 23 Agustus 2008 :

No

NAMA GURU

KONTAK PERSON

TEMPAT TUGAS

1

Abinul Hakim

08126752470

SMAN 8 Padang / NF

2

Ali Amran

081363722247 / (0754)71105

SMAN 2 Dharmasraya

3

Arifna

081374303640

SMAN 1 Pariangan

4

Arniwita

081363011120

SMAN 3 Sijunjung

5

Budi Hermawan

08126756502

SMAN 1 Banuhampu

6

Chasiah

081363511084

SMAN 1 Panti

7

Desmawati

081374749048

SMAN 1 Sungai Lasi

8

Desmiati

081374059549

SMAN 2 Padang

9

Media Mega

081363129543

SMAN 2 Payakumbuh

10

Dewi Surya Indravita

081363340722

SMAN 1 Pagai Utara

11

Diwarman

081363225111

SMAN 3 Batusangkar

12

Elfi Junaida

08126724329

SMAN 1 Pariaman

13

Elfi Sastri

081374845495

SMAN 5 Sijunjung

14

Elfina Asrianti

081363305046

SMAN 4 Bukittinggi

15

Elkhiyami

081374077920

SMAN 2 Pariaman

16

Elni

081374137262

SMAN 1 Tarusan

17

Emrizal

081363959878

SMAN 10 Padang

18

Endel Tumur Juni

081363248748

SMAN 1 Batang Anai

19

Erdiani

081363342927

SMAN 1 Sawahlunto

20

Febriani

081363047564

SMAN 1 Padang Panjang

21

Fitrisia Dairoza

081363401283

SMAN 2 Solok

22

Helfi Roza

081363273061

SMAN 2 Sawahlunto

23

Helmanismar

08126632468

SMAN 13 Padang

24

Helmida

081363706929

SMKN 1 Solok Selatan

25

Ida Farida

081374209868

SMAN 1 Enam Lingkung

26

Idnawati

081977591140

SMAN 2 Padang Panjang

27

Jasmani

085274119769

SMAN 1 VII Koto S.Sarik

28

Jondrizal

081374801965 / (0751)445976

SMAN 1 Sei Puar

29

Junaidi Syarkawi

081363495841

SMA Pertiwi I Padang

30

Juni Desti

081363187557

SMAN 3 Dharmasraya

31

Mainora Rahayu Dewi

08197571663

SMAN 1 Hiliran Gumanti

32

Marlisni

08126726082

SMAN 2 Bukittinggi

33

Masnil

081363244708 / (0752)7577471

SMAN 1 Sungai Tarab

34

Masyitah Rike M

081363318260

SMAN 1 Lubuk Alung

35

Maulida Khairati

081374839177 / 08197581340

SMAN 1 Danau Kembar

36

Meili Hayati

085274666884

SMAN 3 Payakumbuh

37

Merriza Puteri

081363681166

SMAN 1 Rambatan

38

Musyofah

08197599005

SMAN 2 Tarusan

39

Nadhiyatun

08126624286

SMAN 2 Lubuk Basung

40

Nailul Husna

081363733494

SMAN 4 Sijunjung

41

Neviyanti

081363192092

SMAN 1 Pasaman

42

Nukman

08126741086

SMAN 1 Padang

43

Nurhepi

081374821964

SMAN 2 Sijunjung

44

Nurlaena

081366232006

SMAN 5 Bukittinggi

45

Ratna Dewi

085263731457

SMAN 4 Solok

46

Riana Dewi

081363430170

SMAN 1 Padang Sago

47

Roswita

081363027598

SMAN 1 Kubung

48

Rozalinda

081363370767

SMAN 3 Solok

49

Salim Muhaimin

081363900208

SMAN 2 Painan

50

Sri Astuti

081363371919

SMA Pertiwi 1 Padang

51

Sri Rezki Nofriani

081374440515

SMAN 11 Padang

52

Supar

081363463906

SMAN 2 Sawahlunto

53

Safridawati

081317188841

SMAN 1 Harau

54

Usni

081374261594

SMAN 2 Payakumbuh

55

Vera Tri Ningsih

08126694797

SMAN 1 Lareh Sago Halabn

56

Widiyanti Sekatresna

08126694876

SMAN 2 Lubuk Basung

57

Wiranda

081374213226

SMAN 1 Lengayang

58

Yunafrizal YR

081374063330

SMKN Batang Kapas

59

Yuni Era

081363186012

SMA Pertiwi 2 Padang

60

Yusril

085263982662

SMAN 1 Junjung Sirih

61

Zainatul Husra

081363329982

SMAN 1 Kp Dalam

62

Zul Amri

081374654140

SMAN 2 Gunung Talang,

”SEMOGA ILMU YANG DIPEROLEH BERGUNA BAGI INSTANSI, MASYARAKAT, BANGSA DAN NEGARA SERTA PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN

DI SUMATERA BARAT”

DEKOMPOSISI HIDROGEN

DEKOMPOSISI HIDROGEN DARI AIR DENGAN NATRIUM

Hidrogen menawarkan keuntungan sebagai sumber energi yang ramah lingkungan dan tanpa polusi. Hidrogen paling banyak diproduksi dari gas alam (48%), dan merupakan elemen paling ringan di dunia (berat atom = 1 g/mol), sehingga kemampuan difusinya sangat tinggi. Bisa juga digunakan sebagai bahan bakar reaktor fusi (masih tahap pengembangan), dan sebagai sumber bahan baku pembuatan HidroCarbon (BBM Sintetis). Salah satu kendala untuk produksi hidrogen adalah sumber gas alam sendiri adalah sumber energi yang tak dapat diperbaharui, cadangannya pun semakin menipis, dan harganya terus naik, apakah ada cara lain untuk mendapatkan hidrogen? Bagaimana mendapatkannya? Banyak caranya, diantaranya dengan elektrolisis air, namun kendalanya adalah biaya yang sangat mahal. Apakah ada cara lainnya… Ada, yaitu dengan Natrium/Sodium.

Natrium banyak tersedia dan melimpah jumlahnya di lautan Bumi sebagai NaCl (garam), Natrium adalah elemen yang sangat reaktif, harga natrium pada tahun 1997 adalah US$ 0.30/kg – US$0.45/kg, cukup murah. Pada kondisi standar, logam natrium jika direaksikan dengan air akan menghasilkan gas hidrogen dengan reaksi sebagai berikut:

2Na + 2H2O 2NaOH + H2 …………………………..(1) Eksotermal

2H2 + O2 2H2O ……………………………….(2) Autoignition

Reaksi tersebut bersifat eksotermal yang menghasilkan panas, sehingga gas hidrogen secara otomatis terbakar, ini disebabkan karena gas hidrogen mengalami proses autoignition akibat perpindahan panas dari reaksi ke lingkungan. Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah mungkin gas hidrogen dari reaksi ini dipanen? Jawabnya mungkin…

Gas Hidrogen memiliki Flammability Limit dengan kisaran volume 4 – 75 % di udara, dan memiliki Autoignition Point pada suhu 585 0C, reaksi pembakaran selalu membutuhkan oksigen, begitu juga dengan Hidrogen, dengan reaksi sebagai berikut:

2H2 + O2 2H2O ……………………………….(3)

Proses Autoignition Hidrogen pada reaksi Natrium dengan Air dapat dicegah dengan cara menyingkirkan oksigen pada sistem tertutup sehingga Flammability Limit dan Autoignition tidak berlaku, bagaimana caranya? Dengan metode hampa dan gas inert (Nitrogen).

Nitrogen memiliki titik didih pada -195.79 0C, pada kondisi cair nitrogen memilki suhu dibawah – 195.79 0C. Pelepasan gas nitrogen secara cepat kedalam sistem tertutup dapat menggantikan posisi oksigen. Pada kondisi standar, suhu kamar 25 0C, Nitrogen cair akan mendidih dengan sangat cepat, tuangkan nitrogen cair (suhu < – 196 0C) dari tabungnya kedalam wadah logam (yang bersuhu + 25 0C), maka nitrogen cair akan mendidih dengan sangat cepat namun tidak lama, bisa ditambahkan air agar lebih lama mendidihnya, gas inilah yang akan dimanfaatkan untuk menyingkirkan oksigen.

Pada saat kondisi sistem (tertutup) telah dihampakan (vacum), segera isi dengan gas nitrogen, kemudian reaksikan natrium dengan air, akan menghasilkan gas hidrogen dan natrium hidroksida (produk samping), karena berada pada kondisi inert, reaksi autoignition hidrogen bisa dicegah, sekalipun efek eksotermall terus terjadi. Karena berat atom hidrogen = 1, maka hidrogen akan selalu mengisi ruang yang paling atas, difusifitasnya pun sangat cepat, tidak lupa juga hidrogen harus melewati kondensor agar suhunya turun (akibat proses eksotermal), setelah dingin bisa dikumpulkan dan dikompresi lalu hidrogen siap dipanen, sehingga proses ini memungkinkan untuk dilakukan.

Bisa juga untuk menurunkan efek eksotermalnya, sebelum direaksikan natrium dicelupkan dulu ke nitrogen cair ( < – 195.79 0C), baru kemudian direaksikan dengan air, diharapkan efek eksotermalnya sedikit berkurang karena suhu natrium yang berada pada kisaran – 195 0C.

Selain itu produk sampingnya yang berupa NaOH memiliki nilai jual juga, sehingga proses ini sangat menguntungkan.

Terima kasih.

Donny Jaya

High School Chemistry
Demonstrations
The Law of Mass Action Acid-Base Titrations Element Density Comparisons Best Effort Global Warming Trajectories
Electron Configuration Browser Properties of the Elements Chirality of Substituted Methanes Spinthariscope
Simulation of a Simple Gas Pressure Model Rolling Up a Sheet of Graphene Buying Gas at Midnight Carbon Dating
Valence Shell Electron Pair Repulsion (VSEPR) Theory Comparing Properties of Chemical Elements Designing a Mercury Tumbling Machine Properties of Chemical Elements
Exponential Decay Proportional Temperature Control Insulin Molecule

Penemu Unsur Kimia

Who discovered the element gold, silver, copper, neon, etc…?

Below is a list of all of the known elements, who they were discovered by and the year they were discovered. Some elements, such as gold, silver and iron, have been known since ancient times, so it is impossible to credit a single person for their discovery. Other elements were discovered around the same time by two or more scientists who were working independently of each other. In these cases, each scientist is listed along with the year they made their discovery. Other elements were discovered by teams of scientists working together. In cases like this, the known members of the team are listed along with a single year of discovery. Click on an element’s name for the full story!

Element Name Discovered By Year
Actinium André-Louis Debierne 1899
Aluminum Hans Christian Oersted 1825
Americium Glenn T. Seaborg
Ralph A. James
Leon O. Morgan
Albert Ghiorso
1944
Antimony Known since ancient times ?
Argon Sir William Ramsay
Lord Rayleigh
1894
Arsenic Known since ancient times ?
Astatine Dale R. Carson
K.R. MacKenzie
Emilio Segrè
1940
Barium Sir Humphry Davy 1808
Berkelium Stanley G. Thompson
Glenn T. Seaborg
Kenneth Street, Jr.
Albert Ghiorso
1949
Beryllium Louis-Nicholas Vauquelin 1798
Bismuth Claude Geoffroy the Younger 1753
Bohrium Scientists at Dubna, Russia 1976
Boron Joseph-Louis Gay-Lussac
Louis-Jaques Thénard
Sir Humphry Davy
1808

1808

Bromine Antoine-Jérôme Balard 1826
Cadmium Friedrich Strohmeyer 1817
Calcium Sir Humphry Davy 1808
Californium Stanley G. Thompson
Glenn T. Seaborg
Kenneth Street, Jr.
Albert Ghiorso
1950
Carbon Known since ancient times ?
Cerium Jöns Jacob Berzelius
Wilhelm von Hisinger
Martin Heinrich Klaproth
1803

1803

Cesium Robert Wilhelm Bunsen
Gustav Robert Kirchoff
1860
Chlorine Carl Wilhelm Scheele 1774
Chromium Louis-Nicholas Vauquelin 1797
Cobalt Georg Brandt 1739
Copper Known since ancient times ?
Curium Glenn T. Seaborg
Ralph A. James
Albert Ghiorso
1944
Darmstadtium Peter Armbruster
Gottfried Münzenber
1994
Dubnium Scientists at Dubna, Russia
Lawrence Berkeley Laboratory
1967
1970
Dysprosium Paul-Émile Lecoq de Boisbaudran 1886
Einsteinium Albert Ghiorso et. al. 1952
Erbium Carl Gustaf Mosander 1843
Europium Eugène-Antole Demarçay 1896
Fermium Albert Ghiorso et. al. 1952
Fluorine Ferdinand Frederic Henri Moissan 1886
Francium Marguerite Catherine Perey 1939
Gadolinium Jean Charles Galissard de Marignac 1880
Gallium Paul-Émile Lecoq de Boisbaudran 1875
Germanium Clemens Winkler 1886
Gold Know to the Ancients ?
Hafnium Dirk Coster
Charles de Hevesy
1923
Hassium Peter Armbruster
Gottfried Münzenber
1984
Helium Pierre-Jules-César Janssen 1868
Holmium Per Theodor Cleve 1879
Hydrogen Henry Cavendish 1766
Indium Ferdinand Reich
Hieronymus Theodor Richter
1863
Iodine Barnard Courtois 1811
Iridium Smithson Tennant 1803
Iron Known since ancient times ?
Krypton Sir William Ramsay
Morris M. Travers
1898
Lanthanum Carl Gustaf Mosander 1839
Lawrencium Albert Ghiorso
Torbjørn Sikkeland
Almon E. Larsh
Robert M. Latimer
1961
Lead Known since ancient times ?
Lithium Johann August Arfvedson 1817
Lutetium Georges Urbain 1907
Magnesium Sir Humphry Davy 1808
Manganese Johan Gottlieb Gahn 1774
Meitnerium Peter Armbruster
Gottfried Münzenber
1982
Mendelevium Stanley G. Thompson
Glenn T. Seaborg
Bernard G. Harvey
Gregory R. Choppin
Albert Ghiorso
1955
Mercury Known since ancient times ?
Molybdenum Carl Welhelm Scheele 1778
Neodymium Carl F. Auer von Welsbach 1885
Neon Sir William Ramsay
Morris M. Travers
1898
Neptunium Edwin M. McMillian
Philip H. Abelson
1940
Nickel Axel Fredrik Cronstedt 1751
Niobium Charles Hatchett 1801
Nitrogen Daniel Rutherford 1772
Nobelium Albert Ghiorso
Glenn T. Seaborg
Torbørn Sikkeland
John R. Walton
1958
Osmium Smithson Tennant 1803
Oxygen Joseph Priestley 1774
Palladium William Hyde Wollaston 1803
Phosphorus Hennig Brand 1669
Platinum Known to pre-Columbian Indians
Antonio de Ulloa
?
1735
Plutonium Glenn T. Seaborg
Joseph W. Kennedy
Edward M. McMillan
Arthur C. Wohl
1941
Polonium Marie Sklodowska Curie 1898
Potassium Sir Humphry Davy 1807
Praseodymium Carl F. Auer von Welsbach 1885
Promethium Jacob A. Marinsky
Lawrence E. Glendenin
Charles D. Coryell
1944
Protactinium Kasimir Fajans
O.H. Göhring
1913
Radium Marie Sklodowska Curie
Pierre Curie
1898
Radon Friedrich Ernst Dorn 1900
Rhenium Ida Tacke-Noddack
Walter Noddack
Otto Carl Berg
1925
Rhodium William Hyde Wollaston 1803
Roentgenium Peter Armbruster
Gottfried Münzenber
1994
Rubidium Robert Bunsen
Gustav Kirchoff
1861
Ruthenium Karl Karlovich Klaus 1844
Rutherfordium Scientists at Dubna, Russia
Albert Ghiorso et. al.
1964
1969
Samarium Jean Charles Galissard de Marignac 1853
Scandium Lars Fredrik Nilson 1879
Seaborgium Albert Ghiorso et. al. 1974
Selenium Jöns Jacob Berzelius 1817
Silicon Jöns Jacob Berzelius 1824
Silver Known since ancient times ?
Sodium Sir Humphry Davy 1807
Strontium Adair Crawford 1790
Sulfur Known since ancient times ?
Tantalum Anders Gustaf Ekenberg 1802
Technetium Carlo Perrier
Emilio Segrè
1937
Tellurium Franz Joseph Müller von Reichenstein 1782
Terbium Carl Gustaf Mosander 1843
Thallium Sir William Crookes 1861
Thorium Jöns Jacob Berzelius 1828
Thulium Per Theodor Cleve 1879
Tin Known since ancient times ?
Titanium The Reverend William Gregor 1791
Tungsten Juan José
Fausto Elhuyar
1783
Ununbium Peter Armbruster
Gottfried Münzenber
1996
Ununhexium Scientists at Dubna, Russia 2001
Ununoctium Y. T. Oganessian et. al. 2006
Ununpentium Y. T. Oganessian et. al. 2004
Ununquadium Scientists at Dubna, Russia 1998
Ununseptium Not Yet Produced NA
Ununtrium Y. T. Oganessian et. al. 2004
Uranium Martin Heinrich Klaproth 1789
Vanadium Andrés Manuel del Rio
Nils Gabriel Sefstrôm
1801
1830
Xenon Sir William Ramsay
Morris M. Travers
1898
Ytterbium Jean Charles Galissard de Marignac 1878
Yttrium Johan Gadolin 1789
Zinc Known since ancient times ?
Zirconium Martin Heinrich Klaproth 1789

High School Chemistry Daily Lesson Plans

Structured Curriculum Handbook
School Year 1999 – 2000

Semester 1

School Day

Unit Focus/Foci

Page

Days: 001-005 The Enterprise of Chemistry

1

Days: 006-010 Measuring and Calculating

21

Days: 011-015 Matter

34

Days: 016-019 Atomic Structure

48

Days: 020-022 Electron Clouds and Probability

57

Days: 023-026 Periodic Table

64

Days: 027-030 Review First Quarter

73

Days: 031-037 Chemical Formulas

84

Days: 038-046 The Mole

102

Days: 047-050 Chemical Reactions

127

Days: 051-055 Periodic Properties

136

Days: 056-059 Typical Elements

149

Days: 060-063 Chemical Bonding

159

Days: 064-067 Polar Molecules

169

Days: 068-074 Kinetic Theory

177

Days: 075-078 Solids

194

Days: 079-085 Liquids

203

Appendix A Program of Study
Appendix B Science Curriculum Topics for ISAT and TAP Correlations
Appendix C Curriculum Outline with Correlations for Chemistry to:  POS; SG, CAS, CFS; TAP; and ISAT
Appendix D Multimedia Connections
Appendix E Math Helper
Appendix F Writing Requirements in Science
Appendix G Independent Science Research Project
Appendix H Graphic Organizers
Appendix I Research and Investigation Topics
Appendix J Alternative Assessment
Appendix K Cooperative Learning Elements, Implementations, and Group Roles
Teacher Response Form


The Structured Curriculum Project lesson plans and many of their GetAcrobatReadersupporting materials are portable document format (PDF) files. If you cannot view PDF files, then you need to download the free Acrobat Reader plug-in.

Semester 2


Flame Tests

What’s it all about?

When solutions of metals are heated in a Bunsen burner flame, they give off characteristic colours. For example, sodium makes the flame turn bright orange – this is the same orange colour made by sodium street lamps and many fireworks. You can be an analytical chemist or forensic scientist in this activity, by finding out what colour flames different metals make, and working out the identity of some unknown metal solutions.

What is here?

You can:

Select to view Acrobat file (166K)

Student notes

First make sure that you have a clean flame test wire. Do this by holding the metal loop in the hottest part of the Bunsen burner flame. If it is clean, there should be no change in the colour of the flame when the metal loop is put in it. If it is not clean, clean it by dipping it into the concentrated acid provided, then holding the loop in the Bunsen burner flame. Repeat this cleaning until there is no more change in the colour of the flame.

The next job is to do your flame tests. Dip the flame test loop into one of the known test solutions, then hold the metal loop in the hottest part of the Bunsen burner flame. Make a note of the colour of the flame on your Flame Test Chart (like the one below).

barium calcium copper lead potassium sodium

Clean the flame test wire, then test another known test solution. Keep going until you have recorded the colour of all of the known solutions.

Get your results checked, then flame test the four unknown solutions and make a note of their flame colours on your Flame Test Chart.

sample … sample … sample … sample …
flame colour
metal

Can you work out which metals are in each of them?

back to top

Teacher notes

We investigate barium, calcium, copper, lead, potassium and sodium, as they give readily identifiable colours. The flame test wires should be cleaned between each test by dipping in nitric acid and heating, but it works best if each solution has its own labelled flame test wire. Sodium in particular is difficult to remove, and students will end up thinking everything contains sodium or makes an orange flame! The expected colours are shown in the table below:

metal

flame colour

barium light green
calcium brick red
copper blue/green
lead blue/white
potassium lilac
sodium bright orange

back to top

Technician notes

In the lab:

Test tube racks
Bench mats
5 x Bunsen burners
Minimum of 10 flame test wires (cleaned)
5M hydrochloric acid in labelled test tubes

In tubes labelled with the name of the metal:
Approx. 0.5M solutions of:

barium chloride
calcium chloride
copper(II) sulphate
lead(II) nitrate
potassium nitrate
sodium chloride

Four of the six solutions as unknowns, labelled 1, 2, 3 or 4

Maintain stocks of these solutions for replenishment

Apa arti tanda segitiga di wadah plastik?

Segitiga yang dimaksud diatas adalah Resin identification code dimana kode ini lah yang dipake untuk menentukan type dari bahan plastik supaya nantinya bahan tersebut bisa dipilah untuk di daur-ulang.

PETE or PET Polyethylene terephthalate PETE atau PET (polyethylene terephthalate) biasa dipakai untuk botol plastik yang jernih/transparan/tembus pandang seperti botol air mineral, botol jus, dan hampir semua botol minuman lainnya. Boto-botol dengan bahan #1 dan #2 direkomendasikan hanya untuk sekali pakai. Jangan pakai untuk air hangat apalagi panas. Buang botol yang sudah lama atau terlihat baret-baret.
HDPE High density polyethylene HDPE (high density polyethylene) biasa dipakai untuk botol susu yang berwarna putih susu. Sama seperti #1 PET, #2 juga direkomendasikan hanya untuk sekali pemakaian.
PVC or V Polyvinyl chloride V atau PVC (polyvinyl chloride) adalah plastik yang paling sulit di daur ulang. Plastik ini bisa ditemukan pada plastik pembungkus (cling wrap), dan botol-botol. Kandungan dari PVC yaitu DEHA yang terdapat pada plastik pembungkus dapat bocor dan masuk ke makanan berminyak bila dipanaskan. PVC berpotensi berbahaya untuk ginjal, hati dan berat badan.
LDPE Low density polyethylene LDPE (low density polyethylene) biasa dipakai untuk tempat makanan dan botol-botol yang lembek. Barang-barang dengan kode #4 dapat di daur ulang dan baik untuk barang-barang yang memerlukan fleksibilitas tetapi kuat. Barang dengan #4 bisa dibilang tidak dapat di hancurkan tetapi tetap baik untuk tempat makanan.
PP Polypropylene PP (polypropylene) adalah pilihan terbaik untuk bahan plastik terutama untuk yang berhubungan dengan makanan dan minuman seperti tempat menyimpan makanan, botol minum dan terpenting botol minum untuk bayi. Karakteristik adalah biasa botol transparan yang tidak jernih atau berawan. Cari simbol ini bila membeli barang berbahan plastik.
PS Polystyrene PS (polystyrene) biasa dipakai sebagai bahan tempat makan styrofoam, tempat minum sekali pakai, dll. Bahan Polystyrene bisa membocorkan bahan styrine ke dalam makanan ketika makanan tersebut bersentuhan. Bahan Styrine berbahaya untuk otak dan sistem syaraf. Selain tempat makanan, styrine juga bisa didapatkan dari asap rokok, asap kendaraan dan bahan konstruksi gedung. Bahan ini harus dihindari dan banyak negara bagian di Amerika sudah melarang pemakaian tempat makanan berbahan styrofoam termasuk negara China.
OTHER acrylonitrile butadiene styrene acrylic, polycarbonate, polylactic acid, nylon,fiberglass. Other (biasanya polycarbonate) bisa didapatkan di tempat makanan dan minuman seperti botol minum olahraga. Polycarbonate bisa mengeluarkan bahan utamanya yaitu Bisphenol-A ke dalam makanan dan minuman yang berpotensi merusak sistem hormon. Hindari bahan plastik Polycarbonate.

tuh kan pasti tambah binggung ajah… pokoknya sekarang ini kita selaku orang tua di tuntut untuk lebih teliti dalam memilih barang-barang plastik untuk anak kita. Apalagi banyak sekali produk lokal yang tidak mencantumkan kode RIC. Mending keluar biaya lebih daripada tidak aman untuk anak tersayang.

Saran kita seh sederhana :

· Selalu teliti saat membeli barang plastik
· Baca dan ikutin aturan pemakaian dengan benar
· Cuci, sterilkan dan simpan barang plastik anda di tempat aman (teduh, bebas debu, tidak lembab dan kalo bisa tertutup)
· Ganti peralatan pastik secara berkala (misalnya: peralatan makan, botol, dot, dsb)

Semoga informasi ini bermanfaat bagi kita semua.

beberapa link yg harus dibaca :

· Hati-Hati dengan Bahaya Plastik! Pelajari Sebelum Terlambat
· Polycarbonate Plastics and Bisphenol A Release
· Baby Alert: New Findings About Plastics
Feeding with the Bottle

Meooong

  • Meong Gaul
  • Funny Myspace Comments

Download MP3 Lagu Nasional

“Dengan Semangat Proklamasi 17 Agustus 1945, Kita Lanjutkan Pembangunan Ekonomi Menuju Peningkatan Kesejahteraan Rakyat, Serta Kita Perkuat Ketahanan Nasional Menghadapi Tantangan Global”

“Dengan Semangat Proklamasi 17 Agustus 1945, Kita Lanjutkan Pembangunan Ekonomi Menuju Peningkatan Kesejahteraan Rakyat, Serta Kita Perkuat Ketahanan Nasional Menghadapi Tantangan Global”

Menyambut peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia ke-63, yuk bangkitkan semangat nasionalisme kembali. Bangkit negeriku! Harapan itu masih ada!

  1. Victorian Philharmonic Orchestra – Hari Merdeka.Mp3
  2. Victorian Philharmonic Orchestra – Indonesia Raya.mp3
  3. Victorian Philharmonic Orchestra – Rayuan Pulau Kelapa.mp3
  4. Victorian Philharmonic Orchestra – Bagimu Negeri.mp3
  5. Victorian Philharmonic Orchestra – Indonesia Pusaka.Mp3
  6. Victorian Philharmonic Orchestra – Berkibarlah Benderaku.mp3
  7. Victorian Philharmonic Orchestra – Bangun Pemudi Pemuda.mp3
  8. Victorian Philharmonic Orchestra – Tanah Airku.mp3
  9. Victorian Philharmonic Orchestra – Mars Pancasila.mp3
  10. Victorian Philharmonic Orchestra – Syukur.Mp3

Merdeka!